rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Selasa, 03 Desember 2013

...Menguping

http://m.eet.com/media/1161222/hearing_difficulties.jpg

"Hidup kutipan hidup kupingan... Sudahlah."

Sejak kapan? Entah. Tapi memang sejak saya punya kebiasaan dudu (bukan nongkrong) di warung kopi, tiba-tiba kebiasaan '...menguping' saya muncul. Jelas ini bukan disengaja. Saya duduk sendirian sembari menghirup aroma kopi dan orang di depan atau di samping saya ngobrol ngalur ngidul, bagaimana saya bisa menutup telinga saya? Eh, jujur saya sudah mencoba untuk tidak '...menguping' dengan mendengarkan lagu lewat earphone, tapi ya toh tetap saja.

Hidup kita itu '...menguping' ya? Kita lalu lalang di muka bumi ini setiap waktu dan berlintasan dengan banyak orang di setiap waktu itu juga. Kita melihat, dan kita mendengar apa yang orang lain lihat dan orang lain bicarakan. Tidak meniatkan, tapi toh akhirnya 'ter'lihat atau 'ter'dengar. Dan hidup kita berjalan tanpa privasi penuh, yang mungkin melatarbelakangi era dunia digital tanpa privasi saat ini.

Ya, saya '...menguping'. '...menguping' apa?
Wanna More.?

Jumat, 04 Oktober 2013

Agar Inovasi Tak Berhenti Pada Ide

http://www.peterlim-mba.com/files/motivation/23-kreatif-inovatif.gif

Berbicara tentang inovatif bukan hanya tentang perkembangan teknologi baru yang ‘inovatif’, tapi tentang ide, pikiran, dan filosofi yang meresap dalam hidup manusia.

Selama ini, kita cenderung mengorelasikan kata ‘inovatif’ dengan ‘teknologi’. Seakan-akan, yang perlu inovasi itu hanyalah teknologi bendawi. Padahal, sejatinya yang terus berinovasi adalah pikiran manusia, teknologi atau kebendaan itu hanyalah buah dari inovasi manusia. Inovasi berputar dalam otak manusia, dan mampu membuahkan pikiran baru yang bersifat non-bendawi, atau juga yang bersifat bendawi.
Wanna More.?

Senin, 23 September 2013

Ketika Jam Setengah Enam Sore di Tempatmu Berarti Terlambat di Kalenderku


masih jam setengah enam sore di tempatmu
dalam jarak dan ruang yang berwaktu ini kita berkaca
oh ya, aku dan kau tak terpisah dalam maya ya?

masih jam setengah enam sore di tempatmu
entah terlambat entah tidak
rasanya jari ini tak tergerak
hanya untuk ucapkan...

kuakui aku lupa...
sedih sekali melihat jejaring sosial harus mengingatiku akan hari jadimu
sedih sekali mengingat otakku tak mampu lagi berbagi ruang untukmu

Wanna More.?

Kamis, 01 Agustus 2013

Yang Berjalan dan Berbicara Terlebih Dahulu


Karakter di atas bermakna ‘kakak laki-laki’.  Tanda kotak di atasnya berarti mulut dan dua garis di bawahnya berarti kaki. Seseorang yang berjalan (dengan kaki) terlebih dahulu dan memimpin dengan kata-kata, terlebih ketika sang ayah tidak ada, ia adalah kakak (laki-laki).

Dalam budaya kita, agak sulit dipahami apa relasi antara mulut dan kaki sehingga bisa membentuk makna kakak. Tapi bagi orang China—yang kita disuruh berguru sampai ke sana—seorang kakak itu bukan hanya sekedar orang yang lebih tua daripada adiknya, tapi seseorang yang berjalan atau memimpin lebih dulu. Seorang kakak menjadi contoh ketiga setelah Ayah dan Ibu, bagi adik-adiknya.
Wanna More.?

Minggu, 21 Juli 2013

Profesionalisme Secepat Kilat

Tidak ada masa singkat yang bisa ditempuh oleh seseorang untuk menjadi seorang Profesional.


Ibu Nug, menceritakan kisah ini kepada saya--lebih tepatnya kami. Saat penyeleksian guru untuk ditempatkan di SMK Alat Berat, terpilihlah sekitar 8 orang yang dirasa layak untuk mendapat amanah ini, dari total kuota 9 orang. Kenapa begitu sulit? Kenapa begitu sedikit? Jawabannya adalah karena mahasiswa saat ini--yang diseleksi tersebut--begitu menjunjung profesionalitas sehingga tak mau kalau ke'profesional'an mereka hanya dihargari tiga setengah juta rupiah.

Saya rasa itu cerita yang tak lagi baru, mengingat kisah-kisah seperti itu mungkin akan sering ditemui di berbagai tempat. Mahasiswa baru lulus, sudah merasa diri mereka profesional dan kurang jika hanya mendapat gaji sekitar 3-4 juta per bulan.

Wanna More.?

Sabtu, 20 Juli 2013

#NegeriSaya How Are You, Indonesian Maritim?

I was wondering, how my country's maritim is now? No, I was thinking that I can't imagine at all this idiom, "Our ancestral was a sailor."

Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa...

FYI, I search that lyric on google..! Gosh, my grandfather always sang that song when I was a child, but now I forgot all. WHY?

Maybe because I can't even imagine what does it mean, "Our ancestral was a sailor."
I live in land--nor the rice field, and went to the beach twice in one year, when I got vacation. And because I was still child, I can't know how sailorman's life is. 

It's ironic when remembered that my--our--country is 1/4 land and 3/4 sea. But when Soeharto lead this country 15 years ago, it is said that he was focused just on agrarian potency, forgetting 75% Indonesia's maritim potency. Green Revolution, something which always come in school books. 

I didn't realize that I have forgotten this idiom, "Nenek moyangku seorang pelaut." but now I realized.

One display at ARTJOG 13 which took 'Maritim' theme
Wanna More.?

Selasa, 18 Juni 2013

Poisoned by...

"Kadang kita berpikir kita tak bisa di sana dan di sini, dan pikiran itu merayap merasuki diri kita hingga kita lupa kita bisa berubah."

#Cafe_Maniac, mungkin itulah penyakit yang sedang saya alami saat ini. Bukan, bukan masalah saya sedang menggandrungi kafe, tapi tentang ketergantungan saya terhadap (suasana) kafe.



Saya akui ritme hidup saya saat ini agak berantakan. Saya bagaikan robot. Pagi sampai sore di kampus, mengurus kuliah maupun tetek bengek lainnya. Malam mengajar, dan sampai pagi buta harus berkutat dengan huruf kotak-bulat [baca: huruf Korea] dan harus menerjemahkannya. Lelah, iya. Terkadang saya sampai lupa kapan saya harus mengumpul tugas, kapan saya harus mengerjakan tugas, dan lain-lain.
Wanna More.?

Selasa, 04 Juni 2013

Ketika Separuh-Mitos pun ber-Trustworthy...

Alkisah seorang Bhisma, telah berjanji menjadi brahmacari, yaitu seseorang yang tak akan menikah seumur hidupnya. Ketika mengucapkan janji tersebut, Bhisma merengkuhnya dalam-dalam dan bersumpah tak akan mengingkarinya. Benar, ia memang benar-benar memegang teguh janjinya, meskipun Dewi Amba yang mencintainya datang kepadanya. Bhisma memang punya tanggung jawab untuk menikahi Dewi Amba, namun ia memilih untuk setia menjadi brahmacari. Karena ia sadar bahwa jika sumpah tersebut ia langgar, akan berakibat buruk pada negara dan keturunannya. Ia memegang teguh janji yang ia sematkan pada dirinya, melampaui jarak-jarak waktu yang ia putuskan untuk ia lewati, hingga titisan Dewi Amba yaitu Srikandi, melepaskan anak panah yang berarti menyelesaikan janjinya.

Cerita Bhisma Mahawira yang terangkum dalam epos Bharathayudha mungkin bukan merupakan cerita yang asing lagi. Bhisma terkenal sebagai seseorang yang memegang teguh janji dan amanah yang ia sematkan pada dirinya dan tahu betul apa akibatnya bila ia melalaikan amanah tersebut. Ada kesadaran di sini, yaitu kesadaran akan beratnya amanah. Suatu hal yang mungkin asing dan sulit ditemui pada zaman sekarang. Amanah di manapun kapanpun akan selalu menjadi hal yang berat, tapi manusia kini menganggapnya semakin enteng.

Wanna More.?

Minggu, 24 Maret 2013

как фия : 'Post Card' Girl

피야 언니의 습관을 알고 있는데 그녀의 블러그를 봤더니 아직도 깜짝 놀랐다.
내 이름이 있기 때문이다. 피야 언니는 역시 친구들에 대해 쓰곤 한다. 
이런 짧은 글이지만 나한테 감독을 주었다. 한번도 만나지 않은 친군데 왜 감정이 이렇게 깊은가? 피야 언니 블러그
우리 취미가 똑같은가? 우리는 다 엽서를 보내는 게 좋아하는 사람이다. 한국에 있을 때 피야 언니한테 엽서를 한 장이라도 보낼 거라고 약속했다. 한 번, 두 번, 드뎌 보내 보렸다. 그 때 느꼈던 감정은 '그냥 모르는 친구한테 엽서를 보내지 뭐'라는 감정이었다. 근데 우리는 자주 인터넷으로 자주 연락해서 친구는 친구만 생각하진 않다. 친구란 친구라는 의미를 탁월한 것이다. 지금까지 만날 수 없겠지만 엽서로 피야 언니의 사랑을 전달되었다.
피야 언니, 이 인생에는 우리 만날 수 없으면 안돼..!
한번이라도...
피야 언니 썼던 편지

Wanna More.?

Jumat, 25 Januari 2013

Memang Bukan Hanya di Surau...

Tak peduli apa status sosial dan di mana kau berada, Al-Qur'an akan selalu membuka dirinya untuk kau baca.


Sering memang saya mendengar lantunan Al-Qur'an di musholla FIB--kampus saya--ataupun masjid-masjid lainnya. Tapi, baru kali ini saya mendengar ada lantunan Al-Qur'an di bonbin--kebon bintang, kantin FIB--tempat orang biasanya hanya melepas lapar dan penat setelah seharian beraktifitas di kampus. Lafaz Al-Qur'an yang diucapkan oleh seorang mas penjual minuman itu tidak lancar memang, terbata-bata, tapi sanggup membuat hati saya meleleh.
Source: google.com

Di tempat bernama kantin, tempat biasanya orang hanya memikirkan perut dan uang, pemandangan seperti ini sangat langka. Terlebih lagi hal itu tidak dilakukan oleh mahasiswa yang notabene adalah intelektualis perlente. Saya pun tidak pernah terpikir untuk menyempatkan diri membaca Al-Qur'an saat saya berada di kantin. Kantin adalah tempat makan dan mengobrol, cukup. Padahal, sembari menunggu makanan diantarkan ke meja kita, terdapat waktu yang cukup untuk menghabiskan selembar-dua lembar Al-Qur'an. 
Wanna More.?

Selasa, 15 Januari 2013

#NegeriOrangPart32: 'Keindahan' Itu Bukan Karena Musim yang Salah

Keindahan itu terlalu berharga sehingga tak bisa dilihat sepanjang tahun

Jika dikorelasikan dengan waktu, saya baru menyadari artinya ‘keindahan’ saat saya menginjakkan kaki di Korea ini. Bunga yang mekar sepanjang tahun, daun-daun yang masih menghijau meskipun tak ada air, adalah ‘keindahan’ yang bisa kita lihat sepanjang tahun di bumi pertiwi ini. Namun ‘keindahan’ yang sepanjang tahun itulah yang terkadang membuat kita tidak menyadari bahwa ‘keindahan’ itu bermakna ‘keindahan’.

Di Korea—atau mungkin negeri empat musim lainnya—mungkin telah tahu bahwa mekarnya bunga sakura itu tidak sepanjang tahun, namun hanya beberapa minggu. Warna-warninya daun yang akan meranggas itu tidak laten hingga gong pergantian tahun menggema, tapi akan segera gugur segera setelah beberapa minggu terlewati. Lalu sisanya apa? Musim panas yang menggelora dan musim dingin yang menggigit.

Bukannya saya mengatakan bahwa musim panas dan musim dingin itu tidak indah, tapi ‘keindahan’ itu tidak bisa kita nikmati tanpa perlu berjibaku dengan cuaca ekstrim. Pada musim panas daun-daun menghijau, pertanian berjalan sehingga tak perlu khawatir dengan persediaan makanan. Tapi, Anda pun harus menghadapi cuaca panas yang terik dan lembab. Maka saya tak heran jika ada istilah 불쾌지수 (bulkwaejisu) pada saat musim panas, yang berarti musim panas adalah musim di mana emosi orang mudah tersulut. Cuaca yang panas ditambah keringat yang terus mengalir, jika Anda tidak berhati-hati dan menabrak orang di jalan, bisa saja Anda jadi sasaran kemarahannya. Cuaca yang lembab dan teramat panas membuat tingkat ‘kekesalan’ orang semakin tinggi. Berapa lama? 3 mendekati 4 bulan.
Saat  sawah yang tertutup salju pun indah (dok pribadi)
Wanna More.?

Rabu, 02 Januari 2013

#NegeriOrangPart31: Terdampar

Kita hidup memang sebagai musafir, yang mendamparkan diri dari tempat ke tempat.

Tak heran sesungguhnya ketika saya terdampar (baca: tersesat). Saya bukanlah orang yang pandai menghafal jalan sekali lewat, butuh berkali-kali. Tapi terkadang itu tak masalah ketika saya terdampar di pusat kota dengan hiruk pikuk orang-orang dan perangkat kota.

Tapi baru kali ini saya terdampar di tempat yang sepi, di mana tak ada orang untuk tempat bertanya, setelah supir taksi itu menanyakan saya apakah benar tempatnya di sini.

Sekeliling saya salju, sebuah tempat yang dikelilingi pagar tinggi, dan beberapa rumah sepi. Walau suara klakson mobil terus berbunyi kendati ada sebuah jembatan layang tinggi di atas tempat tersebut.

Oke, ini saya di mana? Saya yang terbiasa dengan keramaian Seoul harus menyerah dengan keheningan salah satu sudut kota Daejeon. Saya telepon teman saya, saya katakan bahwa saya tersesat, tapi dia menyarankan untuk menunggu taksi lain lewat. Di tempat yang entah kenapa seperti ujung dunia itu--oke, jangan ingatkan saya akan cerita Mr. Quin, Agatha Christie--saya saja pesimis akan menemukan seseorang.

Tapi inilah enaknya hidup di negeri teknologi. Dengan kualitas sinyal mumpuni, walau di tempat yang entah di mana, saya akhirnya bisa merasakan manfaat yang cukup berarti dari smart phone yang saya beli. GPS menyala, dan saya kembali terkejut...

Kenapa saya bisa terdampar sejauh ini?!! 1 km mendekati 2km sepertinya. Sepertinya supir taksi tidak mendengar nomor rumah alamat yang saya minta, sehingga dia mengantarkan sampai ke ujung desa -_-...

Namun dengan suasana sekitar yang putih merata ditutupi salju, ditambah gemericik air yang sesekali, saya tahu bahwa tak ada salahnya saya tersesat. Walaupun terkadang saya harus mengeluh karena jalan bersalju yang membuat sepatu saya basah dan kedinginan, saya tahu hahwa saya harus bersyukur karena bisa menikmati salju yang setiap tahun hanya bisa saya lihat di film-film natal di televisi. Setelah melihat salju, saya sering merutukinya sebenarnya. Licin, dingin, membuat saya harus memakai baju tebal dan berat, pernah membuat saya terpeleset. Tapi memang manusia tak akan pernah bisa melawan alam. Merasa bisa, tapi tak akan pernah sanggup menghias alam hingga seindah ini.

Jauh, bawaan berat di tangan, dingin, lolongan anjing, mobil-mobil yang sese kali lewat dan pengemudinya memandang aneh kepada saya, atau tatapan heran orang yang sesekali melintas. Saya bisa saja meminta orang yang lewat di situ untuk mengantarkan saya ke tempat tujuan, tapi entah kenapa saya tidak mau. Biarlah, saya sedang ingin sendiri--tidak--berdua dengan alam.

Tabik.
2013-01-02

Wanna More.?