rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Sabtu, 28 Juli 2012

#NegeriOrangPart11: Ramadhan dan Musim Panas

Banyak teman menanyakan bagaimana rasanya ramadhan di Korea. Apakah lebih berat, lebih ringan, atau biasa2 saja. Tentu banyak faktor yang menjadi pertimbangan sebelum saya menjawab pertanyaan ini.

Ramadhan tahun ini bertepatan dengan puncak musim panas di Korea. Namanya puncak musim panas tentu saja tak usah ditanya lagi bagaimana panasnya. Meskipun hampir sama dengan di Indonesia, yaitu suhu rata-rata 30-34°C, entah kenapa saya merasa musim panas di sini terasa berbeda.

Ada fakta unik tentang musim panas yamg baru saya ketahui di sini. Saya kira, yang namanya hujan akan banyak turun pada saat musim gugur. Tapi ternyata tidak. Di wilayah-wilayah dengan iklim subtropis, musim panas adalah musim ketika hujan banyak turun ke bumi. Kalau di negara tropis hujan menyebabkan udara menjadi sejuk, maka tidak dengan di sini.
Wanna More.?

Sabtu, 21 Juli 2012

#NegeriOrangPart10: Ramadhan Pertama verse 2

Entah kenapa, saya merasa perlu untuk menulis bagian kedua ini. Mungkin karena saya merasa #RamadhanPertams verse 1 terlalu bernuansa melankolis dan entah kenapa ada suasana pesimisme di sana. #eh

Malam pertama Ramadhan niatnya saya lewati dengan shalat tarawih bersama di masjid Itaewon (jujur sampai saat ini saya belum pernah ke sana). Namun, karena harus menemani teman yang baru saja melahirkan, saya menginap di klinik bersalin di daerah ssangmun. Walaupun tidak bisa mendapatkan keutamaan shalat berjama'ah, saya merasa bahagia saja bisa melihat bayi yang baru saja diizinkan untuk menatap dunia.
Bayi seorang teman yang belum lagi berumur sehari

Wanna More.?

#NegeriOrangPart9: Ramadhan Pertama

Mungkin ini kadang yang dicari kita-sebagai muslim-ketika mendapatkan kesempatan untuk tinggal dalam waktu yang lama di negeri orang: Ramadhan. Mau tak mau kita mengakui akan kenangan-kenangan Ramadhan yang setiap tahun mampir ke kehidupan kita. Mungkin kita tak sadar, tapi ternyata tarawih pertama, sahur pertama, malam takbiran, petasan dan lain-lain ternyata meninggalkan kesan tersendiri.

Semakin bertambahnya umur kadang menghilangkan kepekaan kita akan kebiasaan istimewa yang kita lalui saat Ramadhan. Bahkan terkadang, pada akhirnya kita menganggap Ramadhan sama dengan hari-hari biasa, dengan perbedaan kita menjalani puasa setiap hari selama kurang lebih 30 hari. Setelah Ramadhan, lebaran, lalu sudah.

Wanna More.?

Senin, 09 Juli 2012

#ACupofCoffee2: Secangkir Kopi yang Mengisahkan Perang...

Entah kenapa, setiap saya berbincang dengan teman Jepang saya, Yuki namanya, sembari menikmati secangkir kopi, salah satu di antara pembicaraan kami selalu berkaitan dengan perang. Meskipun terkendala bahasa--terkadang bahasa perang itu rumit--namun hal itu tak membuat pembicaraan di antara kami padam.


Sore ini saja, selepas belajar bahasa korea--di mana kami tidak mengikuti kelas musim panas sehingga harus me-review kembali pelajaran yang sudah kami dapat--, kami menyempatkan diri untuk menikmati secangkir kopi. Di tengah panasnya udara Seoul tadi sore, dan di tengah jemunya kami yang sedang belajar...

Dengan Yuki, entah kenapa saya selalu bisa berbicara banyak, tentang apa saja. Biasanya pembicaraan kami dimulai dengan masalah perkuliahan yang semester lalu kami jalani, lalu pembicaraan mengalir dan berliku-liku...
Wanna More.?

Sabtu, 07 Juli 2012

#NegeriOrangPart8: Mendaki #gunungKorea

kata kunci #gunungKorea: mountain fashion, makkoli (arak khas Korea), orang tua, kita...

males ngeblog lagi, tweet aja deh #gunungKorea


cuma pernah sekali nyoba ndaki sih, padahal keinginan banyak banget #gunungKorea

Gunung Gwanak-san, terletak di Gwanak-Gu, di belakang Seoul National University #gunungKorea

Kalo diliat pake ilmu geografi, sebenernya itu bukit,bukan gunung gitu :) #gunungKorea

tapi berhubung orang-orang sini ngomong itu gunung, angguk2 aja deh #gunungKorea

#gunungKorea memiliki karakteristik berbatu-batu.

Wanna More.?

#NegeriOrang7: When I voluntereed at Guryong Village...

Apa yang kita lihat dari Korea? Ketika kita melihat dari jarak jauh, yang kita lihat mungkin tancapan gedung-gedung pencakar langit, melambangkan kemakmuran yang Korea capai saat ini. Tak salah memang, karena saya pun memandangnya begitu.

Namun, di sebuah sudut di ibukota, Seoul, ternyata kita bisa melihat sisi lain dari Korea. Sisi lain dari gambaran gedung-gedung tinggi yang menjulang. Sebuah desa kecil, mungkin tidak layak disebut desa karena merupakan daerah yang sangat kecil. Di sini, jangan dibayangkan gedung-gedung yang tahan terhadap gempa dan angin topan. Jangan juga membayangkan jalan-jalannya luas yang muat untuk beberapa mobil sekaligus.

Awalnya saya terkejut, adakah desa seperti itu di Seoul? Karena selama ini yang saya lihat hanyalah gedung-gedung mutakhir. Karena itu, ketika mendapat tawaran untuk menjadi relawan untuk membersihkan desa tersebut, saya berpikir perlukah kegiatan tersebut untuk tempat bernama Seoul ini?
Wanna More.?