rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Senin, 26 Januari 2009

Lelah...

Ibu,,
kalau kau lelah
aku mau kau tak menangis

Ibu,
kalau aku lelah
aku mau agar kau tak menangis

Ibu,,
kalau kau letih
coba katakan pada masa
apa yang perlu ditanyakan

Ibu,,
kalau aku letih
aku tak perlu bertanya pada masa
atau pada apapun
kau selau menjawab
aku malu

Ibu,,
kalau kau suntuk
bahuku tak cukup
menopang helai rambutmu

tapi masa pada hatiku
berteriak riuh pada ceritamu

Ibu,,
kalau aku suntuk
aku mau kau tak tahu
kalau mataku memerah
kalau aku
ingin bersandar padamu

Ibu,,
aku mau
kau mau
biar kita mau
apa yang kita mau

Ibu,,
mau dan mau
aum dan auman singa
kau dan kau
aku dan aku saja

Ibu,,
lelah ya?
Wanna More.?

Kamis, 22 Januari 2009

Klapa Rapat



Rapat, merapatlah ke sini

Mari bergandengan jemari

Rapat, merapatlah ke hati

Bilang bahwa kita tak sendiri


Rapat, meniru pohon-pohon rapat

Kita bersama agar selamat

Rapat, kita tak akan sempit jika rapat

Kau mau rasakan lapang pada penat?



Rapat, rapat rapat melulu

Ah, aku lidah yang kelu

Itu itu dari dulu

Ah, aku mengeluh

Rapat, rapat dari dulu tak kunjung mufakat

Ah, aku mau rapat di klapa rapat


Rapat?

Merapat?

Apa yang akan aku dapat?

Rapat?

Meratap?

Pada lelap

Rapat?

Keparat!

Siapa itu yang bilang kiamat?


Ah,

Ah, rapat

Merapat

Rapat

Meratap

Keparat

Ah,

Sudahlah

Aku mau menatap pada barisan pohon

Kelapa di klapa rapat

2009-01-20



Pantai yang terletak di Padang Cermin, kabupaten Pesawaran, provinsi Lampung. Pantai ini memiliki ciri khas, yaitu terdapat banyak sekali pohon kelapa yang berderet di tepiannya. Di pantai ini juga, dapat ditemui banyak bintang laut, juga ubur-ubur.


Wanna More.?

Popoh


Tergopoh-gopohkah aku di pantai popoh?

Oh, aku tak melihat apa-apa
Karena, aku mataku maya

Oh, adakah yang lebih ganas daripada ombak?
Yang terjebak dalam angin yang mengibak?

Oh, aku suka
Aku tak suka
Aku tak tahu
Kalau aku tahu

Oh, terpopohkah aku di popoh?
Di mana?
Oleh siapa?

Pada saat aku di sini,,
Apa itu berarti?
Tersandung batu,
Terantuk angin
Memanjat tanah
Lalu rebah ke bawah

Oh, aku mau lagi bermain
Bersama celotehan para kepiting….

2009-01-20
Aku ingin mendaki lagi…


Nama pantai yang terletak di Tulung Agung, Jawa Timur. Pantai ini berombak cukup tinggi, sehingga kurang nyaman untuk berenang di sana. Namun, jika anda mau mencari kepiting, di sinilah surganya. Untuk menuju ke pantai ini, kita harus mendaki jalan di kaki gunung, sehingga pantai ini seperti terletak di atas gunung.

Wanna More.?

Sarangan untuk Cinta



Jejakkan kaki pada mahakarya sang naga

Lihat rimbun dedaunan dan putaran jiwa

Melengos monyet yang merebahkan raga

Menatap burung terbang rendah di atasnya

Berkaca pada pohon yang tersisa

Ini, dulu tanah biasa

Untuknya, jalan tinggi terhampar nyata

Ditemani elok yang senantiasa

Aku, anggap dia jiwa

Untuk para makhluk di atasnya

Untuk bersambungnya kaki para kuda

Untuk ikan yang selalu berkaca

Aku, anggap dia telaga cinta

Tempat bersemayam sepasang naga

Membentuk suatu cinta

Yang tak lekang oleh masa

2008-09-02

2 tahun setelah cinta tak dikunjungi



Telaga Sarangan adalah telaga yang terletak di daerah Magetan, Jawa Timur. Konon, telaga ini terbentuk gara-gara sepasang suami istri yang setelah memakan telur (ajaib) berubah menjadi naga, dan mereka berguling-guling di atas tanah hingga membentuk cekungan sebesar Telaga Sarangan sekarang. Untuk mencapai ke telaga ini, anda harus menempuh jalan di kaki gunung yang tinggi, berkelok, dan sempit. Di sini juga, anda dapat menikmati sate khas Sarangan, sate kelinci, jasa Kuda untuk berkeliling, juga speed boat. Jika anda ingin menginap barang sehari dua hari, di wilayah ini juga terdapat hotel.

Wanna More.?

Sarangan[1] untuk Cinta



Jejakkan kaki pada mahakarya sang naga

Lihat rimbun dedaunan dan putaran jiwa

Melengos monyet yang merebahkan raga

Menatap burung terbang rendah di atasnya

Berkaca pada pohon yang tersisa

Ini, dulu tanah biasa

Untuknya, jalan tinggi terhampar nyata

Ditemani elok yang senantiasa

Aku, anggap dia jiwa

Untuk para makhluk di atasnya

Untuk bersambungnya kaki para kuda

Untuk ikan yang selalu berkaca

Aku, anggap dia telaga cinta

Tempat bersemayam sepasang naga

Membentuk suatu cinta

Yang tak lekang oleh masa

2008-09-02

2 tahun setelah cinta tak dikunjungi


[1] Telaga Sarangan adalah telaga yang terletak di daerah Magetan, Jawa Timur. Konon, telaga ini terbentuk gara-gara sepasang suami istri yang setelah memakan telur (ajaib) berubah menjadi naga, dan mereka berguling-guling di atas tanah hingga membentuk cekungan sebesar Telaga Sarangan sekarang. Untuk mencapai ke telaga ini, anda harus menempuh jalan di kaki gunung yang tinggi, berkelok, dan sempit. Di sini juga, anda dapat menikmati sate khas Sarangan, sate kelinci, jasa Kuda untuk berkeliling, juga speed boat. Jika anda ingin menginap barang sehari dua hari, di wilayah ini juga terdapat hotel.

Wanna More.?

Minggu, 18 Januari 2009

wArning....!

Sebernernya,,saya mau nambahin karya sastra (drama ama resensi) di sini...

tapi,,berhubung,,itu tugas dari skul...dan sekolah ngewajibin siswa bikin blog khusus tentang sekolah...

jadi,,,q post-in di sana ajj..

ini judul drama nha...---Permainan Caleg---
resensinya tentang Novel Salah Asuhan...

yo...

liad ajj ea...

di blog q..

yang ini nie.. Asma Azizah Aika....

tapi,,,alu mu ngambil, jangan lupa nyantumin sumber ea...

makasih.... Wanna More.?

Sabtu, 17 Januari 2009

Hotel Prodeo : da fIrst heArt's dialog...

Oleh :Asma Azizah

Aku menyalakan rokokku. Bau tajam menyeruak bagai awan, memenuhi ruangan 2x2 meter yang menghimpit kami. Aku, dan seorang tanpa rambut.

”Sejak kapan kau gundul?” menyeruak lagi

”Aku tak ingat.”

”Kenapa tak ingat?”

”Mayat-mayat bergelimpangan.”

”Mayat? Di mana ada mayat?”

”Kau tak cium bau darah?”

”Anyir?”

“Ya.”

“Sama sekali tidak.”

“Gara-gara mayat.”

”Memangnya mayat kenapa? Bisa bikin lupa?”

”Baunya tajam.”

”Tajam?”

”Kau tahu?”

”Sama sekali tidak.”

”Di depanku ada bau mayat.”

”Hah? Kau anggap aku mayat?”

”Bukan. Rokok.”

”Rokok?”

”Asapnya.”

”Asapnya?”

”Tar dan nikotin. Itu bau mayat.”

”Mayat itu busuk darah. Tapi ini nikmat.”

“Nikmat mayat? Coba Tanya kanibal.”

“Su…”

“Tak usah sebut nama.”

”Baik. Dia sudah lama hilang dari peredaran kan?”

”Paru-parumu juga mayat.”

”Bah! Kau ini mayat melulu.”

”Karena aku dekat bau mayat.”

”Sudah sudah, menghinaku saja. Mari kembali lagi.”

”Ke mana? Dari tadi sudah di sini.”

”Rambut, ke mana rambutmu?”

”Kau tak melihat? Di wajahku masih ada rambut. Bahkan, kau bisa lihat kan? Tangan dan kakiku penuh rambut.”

”Bukan...”

”Lalu?”

”Rambut di kepala.”

”Mati.”

”Mati? Oleh siapa?”

”Kau! Tepatnya rokokmu.”

”Dasar gila! Rambutku masih utuh.”

”Kau belum lama, aku sejak SD.”

”Oh, jadi itu sebabnya anak SD sudah suka rokok.”

”Enak saja. Aku tak pernah buat iklan.”

”Kampanye?”

”Hah, lagak gara-gara pemilu sebentar lagi. Tidak, tidak juga. Aku tak ahli jadi politisi.”

”Lalu jadi apa?”

”Penghuni jalanan.”

”Jalanan? Jadi kau gepeng? Atau dajal?”

”Dajal? Atau dajjal?”

”Dajal, dewasa jalanan. Aku tahu kau bukan lagi anak-anak. Somatotropinmu didistribusikan dengan baik kan?”

”Ya, tapi tak sebaik gonadotropin, mungkin.”

”Tapi kau cukup dewasa.”

”Ya, aku cukup seimbang.”

”Jadi?”

”Bukan. Bukan jalan raya, atau jalan provinsi, atau jalan ekonomi. Tapi sirkuit F1.”

”F1? Bagaimana kabar Honda? Dia benar-benar tak ikut lagi?”

”Kau mau beli dia?”

”Haha, maaf, di sini tak sedia uang kurasa. Krisis global menyerang sampai sini. Kembali lagi.”

”Sudah kubilang, kita terus di sini.”

”Jadi apa kau di sirkuit F1?”

”Penonton layar. Atau penonton manusia.”

”Hanya penonton?”

”Sutradara tak memberiku kesempatan lebih.”

”Lalu rokok tadi?”

”Secepat itu kau beralih. Kau mau lupakan rambut gundulku?”

”Oke, tapi mungkin kusinggung lagi nanti.”

”Kau setuju pabrik rokok diberantas?”

”Kenapa tidak? Dunia sudah kotor.”

”Siapa bilang? Aku masih bisa menghirup udara segar di pagi hari.”

”Pun di ruangan ini?”

”Seandainya ada ventilasi.”

”Ventilasi besar bergigi jarang selalu menunggu di hadapan kita.”

”Lalu kau setuju?”

”Ya, rokok hanya habiskan uang.”

”Hehehe, dasar perokok!”

”Hehe, ya. Aku telah habiskan banyak uang.”

”Kalau pabrik rokok ditutup, apa yang akan terjadi.”

”Rokok tak ada lagi.”

”Salah! Karyawan bunuh diri.”

”Apa? Apa maksudmu? Apa cuma karyawan?”

”Coba saja hitung, berapa merk rokok yang kau hisap?”

”Aku hanya suka Gudang Garam.”

”Berapa merk rokok yang ada di Indonesia?”

”Hehe, kau pikir aku pengangguran? Menghitung yang begituan?”

”Kira-kira?”

”Ada hukuman jika salah?”

”Tidak.Tempat ini miskin sekali. Sebatang kayu pun tak ada.”

”Baiklah. Mungkin sekitar 30, eh 50.”

”Sukamu yang bulat.”

”Hehe.Mumpung dunia masih berbentuk bulat.”

”Apa setiap merk rokok cuma punya satu pabrik rokok?”

”Paling tidak di setiap kota ada.”

”Setiap kota?”

”Ralat, setiap kota besar.”

”Ada berapa kota besar?”

”Kalau tiap ibukota provinsi kota besar, minimal 33.”

”33 x 50 ?”

”Tak ada kalkulator di sini.”

”Oke. 1650.”

”Berapa kira-kira karyawan tiap pabrik?”

”Entahlah. Aku sedang suka uang 1000.”

”Ditambah personil atasan?”

”Entahlah, kau lebih tahu.”

”Kalau semua pabrik rokok ditutup, berapa yang akan menganggur?”

”1 juta orang, atau mungkin 2 juta orang.”

”Itu cuma karyawan. Mungkin ada 50 ribu lebih jajaran atas.”

”Ya, ya.”

”Kau berpikir petani? Penjual? Distributor?”

“Sama sekali tidak. Untuk apa? Aku tak bisa bebas dari sini.”

”Distributor mati. Petani kelimpungan, warung-warung tutup diri.”

“Dan aku akan mondar mandir sendiri.”

”Kau sudah nyambung?”

”Kau buatku pusing. Perutku belum terisi sejak tadi pagi.”

”Bukankah tadi kita sudah ’sarapan pagi’?”

”Ya, mengosongkan perutku.”

”Baiklah, kini aku yang berkata kembali. Begini, ini cuma teori rekaan. Rokok tak akan pergi.”

”Pergi dari mana?”

”Dunia! Jika pabrik rokok ditutup, berapa banyak manusia yang akan menjadi pengangguran terbuka? Siapa nanti yang mau membeli hasil panen petani tembakau? Siapa nanti yang akan membeli obat Tobacco Mosaic Virus? Atau mungkin pupuk tembakau. Berapa banyak tengkulak yang terpaksa cari pekerjaan lain. Lalu, berapa banyak penjual tutup warung gara-gara tak ada rokok? Berapa banyak orang yang tadinya terkaya jadi turun dolarnya? Terakhir, berapa pendapatan Indonesia akan turun drastis?”

”Jika pemerintah bisa carikan usaha baru yang setenar dan sangat menjanjika seperti rokok, tak akan ada cerita seperti itu.”

”Ya, jika pemerintah bisa.”

”Jika pemerintah mampu.”

”Djarum saja masih sanggup biayai atlit-atlit muda.”

”Jadi belum?”

”Belum.”

”Apakah kita terlalu kasar?”

”Oh ya? Coba tanya mereka.”

”Mereka sibuk rebutan kursi.”

”Kenapa tak lesehan saja seperti kita?”

”Ya. Kenapa tidak lesehan? Toh, ini lebih enak.”

”Ya, kembali ke Indonesia.”

“Mungkin kursinya itu kursi empuk yang bisa diputar-putar itu.”

“Atau sofa empuk yang bisa menelan siapa saja di atasnya.”

“Kalau begitu sofa empuk.”

“Kenapa?”

“Mereka tenggelam kan? Oleh kekuasaan dan uang?”

”Ya, sebagian besar. Kurasa tak semua orang seperti itu.”

”Buktinya?”

”Kadang kita baca di koran.”

”Kau gila! Sejak kapan ada koran di sini?”

”Ya, sejak kapan kita di sini?”

”Kau 3 bulan, aku 2 bulan.”

”Sudah cukup lama.”

”Lama kurasa.”

”Lalu kau berapa tahun?”

”Korupsi berapa tahun?”

”Kau korupsi?”

”Pekerjaan mudah buatku yang tak lulus SMP!”

”Tak laksanakan wajib belajar 9 tahun?”

”Aku mau 16 tahun saja.”

”Lagakmu! 9 tahun saja tak lulus.”

”Apa salahnya bermimpi?”

”Tak ada salah.”

”Lalu?”

”Kau terlalu aneh.”

”Tidak aneh.”

”Sebenarnya...”

”Sebenarnya?”

”Buat apa kita bicara panjang lebar seperti ini?”

”Buat apa? Tentu saja mengisi kekosongan.”

”Sekedar menodai kertas?”

”Ya, mungkin suatu saat jadi fenonemal. Tak sedikit karya lahir di penjara.”

”Contoh?”

”Tafsir Fi Dzhilalil Qur’an milik Sayyid Quthb, tafsir Al Azhar karya Buya Hamka.”

”Kau yakin bisa fenomenal?”

”Bermimpi bukan tabu.”

”Ya, semoga jadi.”

Tiba-tiba, diam merayap menjalari kulit kami. Sepei sendiri bisikkan mimpi dalam alam yag tak terukur peri. Sesaat, kami terkulai. Mungkin kehabisan kata-kata.

”Belum ada makanan buat kita?”

”Masih jam dua.”

”Makanan hotel rupanya tak enak juga.”

”Kau mau ke mana setelah ini?”

”Shalat, mungkin.”

”Shalat?”

”Ya.”

”Kau ingat Tuhanmu?”

”Kalau tidak, kenapa aku mau shalat?”

”Hehehe, kau yakin Izrail belum akan mendatangimu sampai kau keluar dari sini?”

”Biarkan aku berkata entah.”

”Ngomong-ngomong, aku punya teman seorang sales obat penumbuh rambut.”

”Bilang padanya, aku mau uban saja.”

”Ya, mungkin 4 tahun lagi. Saat kau bersujud di atas air.”

”Bersamaku.”

”Do’akan. Biar aku bisa mencicip surga.”

Air pengap mulai merayap pada jari kaki kami. Tawa membahana dari luar, membawa udara banjir penuh tuak ke dalam paru-paru mati kami. Lemparan kotor mengenai muka kami. Di hotel prodeo, kami akhirnya diam.

2008-12-16

di saat kata keluar tanpa ikatan.

kau sendiri, aku sendiri.

maafkan aku yang tanpa arti.



***telah dimuat di Radar Lampung pada kolom SMS Bianglala, pada 11-01-09. Dan dikomentari oleh K' Isbedy Setiawan***

---kak,,makasih banget atas sarang dan kritiknya. nati,,akan kuperbaikin..HWAITING!---


Wanna More.?

Jumat, 09 Januari 2009

aPa aJJ de...

Apa aja deh,,,buat ditulis di sini

daripada gak nulis apa-apa...

teke teke teke...

sebenernya, banyak banget yang pengin dilakuin ke blog ni, tapi terkada gara-gara waktu ama keterbatasan jangkauan otak yang bikin blog ini kayak gini2 aja.
Baru nyadar tadi, ternyata kok saya kurang produktif banget ya,
Liat aja, tahun 2008 aja cuma 18 artikel..
Apa apaan itu?
Gak pro amat kan?
hehehe,,

tapi, gak ada salahnya kan kalau mau berubah.,...
abis bosen nih di sini-sini aja...

sebenernya blog ini bukan dikhususin buat curhat sie, tapi gak papa deh.
sekali-kali curhat, kan gak dimarahin ama satpam...
keh keh keh....

tapi, saya janji, blog ini nantinya buat "sastra" yongwonhi...
blog saya yang satunya, Chi SUn sSi --yang dibuat dengan terpaksa--
khusus untuk yang ringan-ringan ajah...
hehe..

segini dulu deh,,,bis binun nie mau ngapain..

males mau balesin testi di friendster...
--mian ya temen2 di fs...--
juga males buka facebook...
--coz temen2nya baru dikid--

fs:AnSdroMeda Chee Soon Ssi
YM: arsimoa_1126

udah lah....

Banyak tabik...



Wanna More.?

Ngambil Artikel??

Saya si sebenernya bikin artikel ini bukan buat sombong...
keh keh keh...
cuma mau ngingetin aja si...
---biarpun belum tentu ada yang ngambil---
Pokoknya, kalo mau ngambil artikel --opini, puisi, cerpen-- dari blog ini, mohon dicantumkan nama pengarang aslinya.
Sebenernya si bukan maksud apa apa. Toh saya juga tahu kalo blog ini belum dikunjungi sama banyak orang. Tapi nggak apa-apa toh? Buat jaga-jaga aja.

Saya seneng kalo misalnya apa yang sudah saya tulis di sini bisa berguna bagi orang lain, entah itu bisa buat orang seneng atau dapat inspirasi atau apa.

Pokoknya gitulah.

teke teke teke...

Coz saya gak tau lagi ni mau ngomong apa?

Tumben-tumbenan aja mau curhat di blog ni...

Hehe...

Banyak Tabik... Wanna More.?

Kamis, 08 Januari 2009

Flying and Go

Da melodies tone from the heaven
Followed our step
Step by step
We were drawing the world
We were polluting the canvas
The beautiful castle in the hill
Became our house
Sleeping on the board
Cooking in the kitchen
Looking the scenery
The laugh of heaven's sylph
Fill our day
Talking about interesting person
Moving on the montain
Became the first number
And the eraser of the company
Creep, erase our sweet reminiscence
Leaving only small love
Bringing out the tears
We're flying, alone each other
To the different destinations
We just bring the sadness
We just believe, that we can fly higher....

2008
When I was losing mI best chingu
Wanna More.?

Kalah

Kita kalah, bisik tahun
Kita sekarang selalu kalah oleh matahari
Bukan oleh sinarnya
Bukan pula oleh panasnya
Tapi pada riuh ramai suaranya
Yang memenuhi kulit bumi
Kita lupa pada,
Saat dulu berdarah untuk
Menegakkan bendera kejayaan
Membawa misi dari yang kuasa
Ssh...
Tidak ada yang bicara tentang kita
Mereka hanya bicara untuk saudara kita
Apakah karena ia sudah lama berkuasa?
Desah saja nafas
Kita tak tahu
Karnaval kita, pidato kita
Kalah pada musik dunia
Oleh acara itu, terompet, dan kembang api
Apakah juga mercon?
Desah saja lagi
Angin berbisik
Pada telinga, pada bulan, pada perayaan
Sampai kapan kalah?

2008-12-28
Wanna More.?

Detik Perbatasan

Pada detik detik menuju perbatasan
Di tengah riuh ramainya manusia berteriak

"Aduh, di mana dokumen perusahaan?"
"Mas, cincin kawin kita hilang."
"Ibu, aku masih bisa sekolah, kan?"

Lalu pada setiap tragedi demi peristiwa
Putarkan masa ketika lampau
Pada saat yang memendungkan hati

"Subhanallah, lihat! Mamak selamat!"
"Allahu Akbar, di mana lagi bisa melihat Baitullah memenangkan pertarungan?"
"Kapal ini telah berlayar mengarungi masa."

Kita mengingat,
Kita merenung
Adakah lagi masa in berulang
Dalam nada yang sama,
Atau dengan desah tak beratur
Adakah lagi layak kali ini diperingati
Dalam hiruk ramai lengkingan terompet?

2008-12-28
so long to be posted
Wanna More.?