rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Minggu, 02 November 2008

True Love

bY:Asma Azizah

dunno why do I can love?
hope in every timy together
silent when meet each other
and we go....
the memories were flashback
back to the monkey
back to the strain words
leave the meaningful sign
maybe it's not us
just me, who feel it
I feel the deepest love
the love that (virtually) I don't wanna it
I loved you when I was trying love the other
you filled my dream when i was wanting to dream him
I missed you while I'm wanting to meet him
please go from my mind
but i can't and i know you were not false
the words bringing out unintentionally and awareless
the feeling came itself
I wanna admit it although I don't wanna it
I'm really loving u...
goodbye.

2008-10-29
now,,,not again
Wanna More.?

sajak berbaris...


asli dari Asma Azizah ^_^...
Silver Bullet...
o...sayangku
Silver Bullet
o...sayangku
ada apa?
aku ingin memuntahkanmu

1...2...3...
1...2...3...
aku teriak!
APA MAUMU?!

Oppa
kakek kakek
kakak kakak
kukuk...
mereka kikuk!

Cinta-Cinta
cinta apa?
kau?
tidak...aku kau
cinta apa?
cinta?
bukan...aku cinta
kau sendiri?

Bonjour
bonjour,monsieur...
oh...kau bilang apa?
maaf, aku bukan mandor

Membuka Hati
sshh...yang ini tidak bisa..
apa..aduh, coba yang ini
KAU GILA! INI KUNCI INGGRIS!
teet...teet...ada penyusup!
ada penyusup!
Milyuner
M: aku bisa hidup seribu tahu lagi
...: memangnya kau sudah bayar pajak?

Kelenjar Racun
ini?
kau yakin akan hal itu?
tentu saja...
(tidak...itu kan dompet!)
Berkurang
Oktober:350
September:561
Agustus:455
turun 1000 poin

2008-11-01
Wanna More.?

'dA p0em toDay

All of da p0em is original from me,,,,,Asma Azizah

Ladies and Gentlement

ladies and gentlement...
ladies and gentlement...
ladies and gentlement...
please stand up and
jump out of this plane!


Rain

tik.......
tik.......
tik...tik...
tik...tik...tik...DOOMSDAY!


Cry

you wanna cry?
cry?
eager to cry?
fancy to cry?
hey, why did u stop it?


Hardluck

ouh...hardluck you!
you're brought out from da heaven
now, you're living in this world
how are you?


Hell

fancy to go to hell?
you?
you're mad!


Hello

hell...o
so screaming!
hell...o
aaargghhh....
what did you say?


Passage

the passage today...
said that...
the DOOMSDAY is today!
run out........!


Landlady

landlady...I wanna a cup of coffe this morning
okay
landlady...I wanna a piece of bread this afternoon
okay
landlady...I wanna a human soup for dinner
hey...You're a cannibal!


The Weatherman

the weatherman says
"this morning is cloudy"
the weatherman says
"this morning is rainy"
the weatherman cries out
"this morning is sunny!"
the weatherman shouts
"this morning is H.O.T!"
ouh...the weatherman...love you!


So-Called

It's so-called
by who?
I don't know
it's so-called
what's that?
it's so-called!
huh, yea,but, what's it?
it's so-called!
so-called?

2008-11-01
Wanna More.?

Sabtu, 21 Juni 2008

Belajar Hangeul

Kata sebagian temenku, kok kayaknya banyak banget sih peraturan di Hangeul? Mulai dari penulisannya yang ini itulah, apalagi pengucapannya. Baca yang udah diromajiin aja susah, yang ”oo” harus dibaca ”u”lah, truz yang ”ee” harus dibaca ”i”lah, pokoknya ribet katanya.

Mereka bilang, jadi bosen denger lagu Indonesia gara-gara banyak yang dengerin juga, yang awalnya suka jadi bosen. Pas ku bilang, makanya dengerin aja lagu Korea, kan gak banyak yang dengerin. Mereka malah bilang gini, bagus sih bagus, tapi bingung ngikutinnya gimana, tulisannya beda ama ucapannya.

Ku sih cuma senyum aja dalem hati. Abis ku juga bingung, gimana dulu caranya sampai aku bisa faseh baca teks Korea (yang romaji & yang masih alphabetnya), trus juga bisa ngerti cara-cara nulisnya (biarpun kadang masih bingung antara ”oo” ma ”eu”, antara ”eo” ma ”o”, antara ”ae” ma ”e”). Padahal kalo ku coba jelasin ke mereka, ku sendiri yang bingung gimana jelasinnya.

Awalnya aku suka ma lagu Korea gara-gara waktu SMP disuruh nyanyi lagu mancanegara dari benua Asia, alhasil aku nyanyiin lagunya Full House yang I Think. Trus gara-gara itu ku jadi sering ngenet, buat nyari tugas atawa apalah, sampe waktu itu biaya telpon bengkak pernah nyampe 500.000. Sampe dimarahin waktu itu, sempet ciut juga, tapi besok-besoknya jalan lagi (hehe, maklum).

Trus ku juga sering nyari lirik lagu Korea ma temen-temen ku di warnet (gak puas di rumah, dah mahal lama lagi. Hehe, sorry ya Telkomnet Instan). Awalnya sih ku cuma jadi tukang ngeprint aja, jarang ngerti lagunya (maklum, baru suka Korea pas Full House). Trus gara-gara sering transfer lagu ma temen2, jadi ketagihan ma lagu Korea, waktu itu baru suka Drama OST.

Trus.......gara-gara suka ma ”Kangta”, ku jadi tambah suka ma Korea. Sampe fotonya ku hunting semua di google. Lirik2nya yang ada di aheeyah ku ambilin semua, padahal (suer...) gak ada satu pun yang ngerti lagunya. Waktu itu baru tahun 2006, ku belum ngerti gimana cara download lagu, jadi cuma ambil liriknya doank. Pas bisa denger ”Persona” ma ”Breath” di popcornfor2, seneng banget. Langsung ku print tu liriknya (tapi masih mencang-mencong lafalnya), ampe tu komputer kayaknya dah bosen ku muter lagu itu terus (apalagi kan gak bisa di save).

Sekarang, dah banyak banget ternyata lirik lagu Korea yang ku print. Dulu pas SMP sering banget dibawa ke skul, ampe temenku bilang tu kertas dah kayak kitab kuno (tapi sekarang pas SMA gak pernah ku bawa, gak ada yang ngerti sih mereka). Sampe gara-gara suka banget, akhirnya pas temenku ada yang belajar alphabet Korea, ku ikutan juga. Sempet mumet juga sih, kok di hangeulnya tulisannya ss, tapi di romajinya tt, di hangeulnya p, tapi kok di romajinya m. Tapi sekarang akhirnya ngerti juga.

Trus, kalo bagi aku, romaji hangeul tu ada 3 level:

- Beginner, yang bener-bener sesuai tulisan ama lafalnya (tapi q malah binun baca yang ini)

- tingkat menengah, yang ”eo” dibaca ”o”, ”ee” dibaca ”i”, ”eu” dibaca ”u”, ”ae” dibaca ”e”, ”oo” dibaca ”u”. Di sini suku katanya dah digabung-gabung, jadi enak bacanya (coz dari awal selalu pake yang ini)

- tingkat expert, susah. Masak ”eo” ditulis ”u”, truz banyak tambahan ”h” di sana-sini, jadi bingung bacanya, apalagi pas sambil dengerin lagunya, kok beda banget. Sampe sekarang aja kalo gak dibaca-baca pelan-pelan sering keseleo lidahnya (apalagi kalo baca lirik2N H.O.T, wuih....).

Yang namanya belajar bahasa emang gak instan, butuh waktu lama dan bertahap. Tapi, emang kok, kalo kita sering latihan (dengerin ambil baca liriknya), kita bakalan ngerti pelafalannya. Truz juga penulisan, kalo kita sering dapet teks yang masih hangeul, kita bandingin aja ma romajinya, ntar lama-lama kita ngerti kok kalo ini ternyata begini, ternya begitu, dst.

Yah, gitulah ternyata. Kalo kita ngeliat gimana kita sekarang bisa jadi kayak ni, kita bingung juga. Dah gak inget lagi gimana prosesnya. Semuanya otomatis, berjalan mengalir.

Wanna More.?

BANGKIT NEGERIKU, HARAPAN ITU MASIH ADA!

Negeriku, maaafkanlah aku yang mengatakan bahwaa “Harapan itu masih aada”, bukan “Harapan itu selalu ada” aku bukannya pesimis, tapi berusaha optimis di antara pesimis-pesimis mata penghunimu.

Negeriku, kadang aku menangis, saat melihat dirimu kini tak seindah dulu lagi. Kau masih zamrud khatulistiwa, namun mungkin kau telah kehilangan cahayamu, aku tak lagi silau.

Negeriku, kadang aku tahu, bahwa kau mungkin sudah lelah pada kami. Kau muntahkan seluruh isi perutmu. Kau tak mau lagi menampung air yang ditumpahkan-Nya dari langit, kau tumpahkan begitu saja hingga kami hanyut.

Negeeriku, aku tahu bahwa kau sudah gerah, sudah bosan menjadi permadani bagi tubuh-tubuh yang berisi harta haram. Sudah lelah mewadahi rakyat miskin yang tak kunjung sejahtera. Sudah capek mendengar omongan calon pemimpin dan pemimpin yang kebanyakan janji saja. Sudah putus asa menyadari bahwa orang korupsi trilyunan tak dihukum apa-apa tapi orang maling jemuran dihakimi sendiri hingga hampir tewas. Nyawa murah, seperti zaman pendudukan Belanda dan Jepang saja!

Negeriku, rakyatmu kini, telah banyak yang pesimis bahwa negeri ini akan berubah. Mereka sudah lelah sayang, dengan kondisi ekonomi yang tak kunjung membaik, dengan krisis moral yang terus mengalami krisis, dengan bencana yang kini publk sudah tak peduli lagi.

Tapi negeriku, kau belum mati. Tahukah dirimu bahwa masih ada jiwa-jiwa suci yang rela berkorban tanpa pamrih, yang rela menjadi “laki-laki” di tengah “perempuan”. Mereka berjuang tanpa kenal lelah, sayang. Mereka tak harapkan apa-apa. Tidak uang, tidak jabatan, tidak juga popularitas. Mereka hanya ingin kau bangkit, dan menggapai ridha-Nya

Mungkin, terjemahan lagu “Only Love” SMTOWN ini bisa sedikit menghiburmu…..

This song is dedicated to our neighbors.

Once again listen carefully. In that shadowed place, the sound of sighs can be heard.
Each weary day is hard. Even the thought of tomorrow coming is scary because of it.
So you don’t feel like you're thrown away in a dark world and are alone…
Even the cold wind that bites the skin, together we will block it.

There's only love. Though what I have is small,
miraculous things will happen if we are together.
It's only our love. What brings back a pure smile to your shadowed face
is the great strength of our small love.

Negeriku, mereka, aku, kami, mengulurkan tangan ini hanya untuk mu. Kami mengajakmu untuk bangkit.

Bangkit negeriku, harapan itu masih ada!

Wanna More.?

SECURAH HARAPAN UNTUK KALIAN

Saat melihat petani kesusahan, aku ingin jaadi insinyur pertanian yang nanti bisa membantu mereka. Saat melihat ibu yang melahirkan dibantu oleh seorang laki-laki, aku ingin jadi dokter kandungan yang bisa membantu mereka, sehingga mereka lebih terjaga. Saat aku mellihat anak-anak muda membuka situs-situs “tak seharusnya”, aku ingin menjaadi ahli di bidang komputer agar bisa membuat penangkalnya, atau guru yang memberikan pengajaran moral pada mereka. Saat aku mellihaat anak-anak kecil dengan perut buncit namun kering, aku ingin menjadi dokter anak bagi mereka. Saat aku mellihat banyaknya rakyat miskin yang tak mampu berobat, aku ingin menjadi dokter yang bisa membantu mereka tanpa imbalan apapun. Saat aku melihat banyak banyak orang stress, aku ingin menjadi psikolog biar bisa membantu mereka menemukan titik terang. Saat aku melihat perekonomian bangsa sedang sekarat, aku ingin menjaadi pengusaha, atau menteri perekonomian atau juga gubernur BI.

Ya Rabb……aku ingin……

Aku punya banyak keinginan……..

Aku ingin jadi astronom,,,,,,,menatap bintang-bintang senjatamu dengan dzikir……

Aku ingin jadi murabbi yang sukses……….

Aku ingin jadi ustadzah,,,,,,,,,,

Aku ingin jadi pakaar dalam bidang sejarah Islam,,,,,,,,biar mereka tak teracuni…….

Aku ingin jadi penulis……….ingin mengurai butir kehidupan di ataas kertas……

Aku ingin bisa memahami semua bahasa,,,,biar aku mengerti apa kata hati mereka…..

Aku ingin jadi hafidzah,,,,,,,biar menciptakan generasi Qur’ani selanjutnya,,,,,,,

Aku ingin jadi anggota DPR,,,,,,,biar bisa salurkan apa kata nurani rakyat…..

Aku ingin jadi presiden seperti Umar Al Faruq, atau seperti Umar bin Abdul Aziz,

Ya Rabb……….aku minta maaf,,,,,,,,,,,,keinginanku terlalu banyak……

Mungkin kau anggap aku buta, karena aku tidak melihat diriku yang bodoh ini namun bercita-cita banyak………….maaf Ya Rabb…….

Ya Habiib………tapi bolehkan aku menyampaikan sedikit pesan untuk mereka, mereka yang punya cita-cita tinggi, boleh kan?? Karena aku tahu, negeri ini tak akan berubah dengan hanya satu orang jenius.

Untuk mereka yang ingin jadi preside, ddengarlah lagi seksama suara hati Indonesia yang merintih. Dengarlah, dashi gwigiuryo deuroyo. Terus berniat agaar menjadikan Indonesia lebih baik. Indonesia memang sudah bobrok, tappi bukan berarti tak ada lagi cara untuk membangunnya kembali. Bangkitlah, harapan itu masih ada.

Mereka yang ingin memberantas korupsi, terus luruskan niat. Terus memperbaiki diri agar tidak korupsi dan perbaiki Indonesia yang sudah lekaat dengan budaya korupsi.

Mereka yang ingin jadi anggota DPR, jangan terbuai dengan segala kerlap senayan. Kalian punya banyak tugaas nantinya, di pundak kalian ada suara hati rakyat yang memilihmu. Terus menjaga diri dari uang korupsi yang terus merayu kalian.

Mereka yang bercita-cita menjadi guru TK, itu adalah pekerjaan yang berat.. tak sepert anggapan orang-orang bahwa mengurus anak TK itu gampang. Merekalah yang nanti di hadapan mereka ada anak-anak calon penerus bangsa. Mereka harus membentuk anak-anak tersebut menjadi tangguh! Terima cita-cita mereka dan beri semangaat mereka. Ini adalah tugaas yang beraat, tetapi Insya Allah jika mereka terus berjuang, ganjarannya pun setimpal. Teruskan perjuangan!

Mereka yang nantinya ingin membuat stasiun tv, aku berdo’a, semoga nantinya mereka tidak membuat acaara-acara tv yang Cuma menarik, tapi juga yang sesuai nurani manusia dan kreatif. Nantinya, di situ ada hadiah hikmah, kebenaran, dan cinta di dalamnya.

Mereka yang ingin ahli di bidang farmasi, semoga mereka membuatnya dengan hati. Jika perlu, tuliskan ini di labelnya, “Obat ini hanya perantaara untuk kesembuhan Anda. Sambil meminum obat ini, terus berdo’a pada-Nya dan berjuang. Segala obat hanya ada pada-Nya.” Hehe, ganbatte kudasai!

Mereka yang ingin menjadi pengusaha, jika nantinya mereka sudah berhasil, jangan terlelap di lautan kemewahan. Zakatkanlah sebagian harta untuk jiwwaa-jiwa yang berhak di sekitar kita. Dan saatu lagi, pengusaha selalu bisa melihat kesempatan dalam kesempitan. Jadikan perekonomiann ini berkembang, ya Pengusaha!

Mereka yang bercita-cita menjadi menteri ekoonomi, atau gubernur BI, semoga selalu mengambil kebijakan yang menguntungkan semua pihak. Pemikiran mereka, benar-benar akan menjadi denyut nadi perekonomian bangsa ini. Aku percaya mereka nanti bisaa mengubah kondisi bangsa ini.

Mereka yang ingin menjadi psikolog, berilah solusi yang baik dan benar bagi setiap pasien. Sambut semua oraang yang daatang dengan tangan terbuka dan senyum ikhlas. Dengarkanlah setiap kata, setiap keluh kesah yang terucap. Semoga mereka menjadi orang yang peka, karena hidup di dunia sekarang ini butuh kepekaan.

Mereka yang ingin jadi astronom, jujur saja, aku sangat mengagumi bintang dan langit. Dibalik semua itu aku yakin selalu ada hikmah yang berganti setiap waktu. Temukanlah hikmah itu dan ceritakan padaku. Yakinlah bahwa aku tak akan bosan.

Mereka yang bercita-cita menjadi dokter, aku ingin mereka menjadi orang yang menerima orang yang membutuhkan bantuan mereka dengan ikhlas. Jangan memikirkan administrasi dulu, tapi pikirkanlah denyut nadi mereka yang bisa terhenti jika tak ada diri mereka yang menolong. Pindah ke daerah terpencil bukan hal buruk, jika kita tak menginginkan uang semata, tapi senyum mereka.

Mereka yang ingin jadi guru, murid itu butuh tauladan daari orang terdekat mereka. Cita-cita menjadi guru adalah hal besar, karena jika tak ada guru, maka bangsa ini akan bodoh.

Mereka yang punya niat untuk membantu petanni Indonesia, tunggu………..aku punya satu pesan. Para petani sekaaraang masih membakar lahan untuk ditanami setelah sebelumnya selesai dipanen. Aku seperti mendengar jeritan para tanaman yang tubuuhnya terbakar, seperti mendengar jeritan udara yang terkotori oleh asap, mendengar keluhan dunia tentang udara yang tak lagi sedap dihirup. Aku ingin ada di antara mereka yang membuat pemecahan sehingga para petani Indonesia tak perlu lagi membakar, jika memang butuh alat, aku titip agar alat itu tak susah untuk ditiru dan diterapkan oleh petani kita. Itu hanya 1 pesan, aku tahu masih banyak masalah petani Indonesia yang belum terpecahkan, padahal kita dikenal sebagai negeeri agraris, tapi kenapa beras masih mengimpor??

Tuhan, maafkan aku lagi ya? Aku terlalu banyak meminta, padahal aku tahu aku lemah.

Dan buat kalian, para pemegang estafet bangsa, mari kita berpegangan tangan dengan segala yang kita pegang dan kita raih, mari bersama-sama membangun negeri ini. Ingat, walau ada satu orang yang sangat jenius di Indonesia ini, Indonesia tetap tak akan berubah, karena Indonesia tak akan berubah hanya dengan satu orang jenius saja.

Lalu, kalian mungkin berpikir, apa sebenarnya cita-citaku,,,,,,,

Aku sepenuhnya ingin jadi ahli di bidang komputer, do’akan aku nanti bisa ke Korea buat kuliah di sana, kalian boleh titip pesan padaku, siapa tahu bisa jadi bahan buat skripsiku nanti, hehe..

Aku sepenuhnya ingin jadi hafidzah, aku ingin menjaga al-Qur’an di hatiku, di llisanku, juga di perbuatanku. Do’akan aku kuat!

Aku sepenuhnya ingin jadi penulis. Silakan titip pesan lagi……..

Aku sepenuhnya ingin jaadi murabbi yang sukses, di mata-Nya tentu saja. Semoga nanti dengan tanganku aku bisa menciptakan kader-kader yang tangguh. Amin…

Aku sepenuhnya ingin menjadi istri yang baik bagi suamiku dan ibu yang tauladan bagi anak-anakku nanti.

Aku sepenuhnya dan sepenuhnya ingin menjaadi kekaasih-Nya, untuk menemuinya di surga-Nya yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…………..

Metro, 2008-06-07

Wanna More.?

RAMBUT RONTOK?? YANG DI KEPALA MASIH BANYAK BU……

Ngeliat judul di atas, kalian mungkin berpikir kalo saya bakalan ngebahas masalah rambut. Tapi nggak! Kali ini saya nyoba-nyoba ngubungin antara rambut dan harapan. Loh? Emang ada? Ada!
Saya dapet inspiraasi ini pas lagi mandi. Pas laagi sampoan, ada sekitar 3-4 rambut yang rontok di tangan. Saya liatiiiiiin aja tu rambut. Terus mikir, rambut itu tiap hari rontok 1,2 tapi kok nggak abis-abis ya?
Trus saaya nguubungin hal itu sama harapan. Kitaa ibaratkan rambut yang rontook itu adalah harapan-harapan yang hilang ato nggak kesampaian, dan rambut yang masih nempel di kepala itu kayak harapaan yang masih ada.
Mungkin setiap hari harapan kita melayang, kayak rambut yang rontok tiap hari tapi nggak boleh putus aasa! Karena memang masih ada banyak harapan, kayak rambut kita yang nggak abis-abis! (Dengan caatetan rontoknya itu normal ya? Bukan gara-gara penyakit!)
Pokoknya semangat aja! Allah udah nunjukin jalan-Nya ama kita, lewaat rambut kita yang dibuat nggak pernah abis. Ilang saaatu tumbuh seribu, gitu kata pepatah. Kita nggak boleh putus asa kalo baru gagal saatu kali. Orang Thomas Alva Edison aja seribu kali percobaannya gagal sebelum dia nemuin bola lampu kok!
Okay? Semangat aja bu……..! raambut kita masih banyak kok!

2008-05-18 Wanna More.?

It’s Just For You,,,,Oppa 2

Oppa….
I never know
Why can I falling in love with you?
I dunno Oppa,
Oppa…
Although not in the first sight,
But, I dunno why this feeling is so strong
Oppa…
I know, that you, in this moment, is so sad
Maybe you regret, “Why I replied my fans message? I can’t reply all of them now, I have made them disappoint, but I can do what?”
Maybe like that, I’m sorry Oppa if I’m mistake.
Oppa…
Did you know?
With know or without, you havve given a hope to yoour fans. Then, when you know that finally you can’t share your feeling justicely, I guess, you cried.
I’m sorry, oppa…
Coz maybe I have made you cried, have made you angry
Maybe coz my testi, that full of hope, you cried again
I’m sorry Oppaa……
I know thaat you’re so sad now
Feel mistake.

But Oppa,
I know your feelling.
Maybe if I become you, from the start I won’t reply my fans’ testi
You’re so kind Oppa
Before you, I neveer meeet the celebrities who ever reply their fans’ testi
Oppa….
Did you know why I sent a testi to you?
Coz from your friends testi, it gave a sign that you’re always reply them.
But, I had late when I sent it
I regret , why I didn’t sent it a few moment before..
Disappoint, coz you didn’t reply my testi. Did you know Oppa? When I know You gave a testi “how are you?” to someone but didn’t reply mine, I waas jealous. Do jealous Oppa, then I hate you, for the first time.
So disappoint Oppaa…….did u know the feeling?
Hurt, apha, meriang, sakiiiiiiitt……??? (^_^!)
I felt that I didn’t have any lifehope again.
Did you know why I can stand up again?
Coz His love Oppa, His love that I neveeer stop to reach it.
It’s the true love, through my life and my death..
I love Him, Oppa, and I wanna love Him more, in front of other love. Pleasse praaay for me Oppa (although I have known that it neveer reach Him), so that I can love Him more than you.
Oppa, Do my heartvoice never reach you?/
Are you okay if I don’t give you a support again?
I guess that you’re still okay, mine is nothing. Right oppa?
Oppa, I waanna cry and I wanna you too.
We’re crying because, we have done a lot of bad mistake, that maybe hurt other, disappoint other, destroy other..
We don’t do useful thing for our tomorrow day yet. Although we’ve know, that we never know when we’ll die and we have do nothing.

Oppa..
Have you tired?
Or boring with this letter?
Cause of that, jongmal mianhaeyo……
I add a new assignment to you, although I have known that you’re so busy.
Jongmal mianhaeyo Oppa?

O ya……Oppa……
Now, what’s your grade? 2 or 3?
Is in Korea therre national test when wwe’re in graade 3?
If yes, keep your spirit oppa!
GANBATTE KUDASAI!

Once more Oppa!
Don’t afraaid with this letter..
I’m still keeping my support to my Five Treasure Island..
I’m waiting for your 2nd album.
I’m waiting for the song that better than Sarangalhee, or Until You Come back, or The Person Who’s Closer to Tears.
Oppa,,keep spirit!
Still give your smile to us! KeYh?
Oppa, the last thing that I’ll say…..
Polaris is faar away from me. But if I remember you, It’ll next to me. You’re there Oppa……

2008-06-11 Wanna More.?

It’s Just for You,,,,,Oppa

Love is sweet torment,

Many people felt the pain of love,

Many people can laugh just cause of love,

Many people precious cause love,

Many people can stand up with the power of love,

Many people became paralysis because of love,

Many people cry because of love,

Many people became fool because of love,

Many people suffeer from waiting for love,

Many people became crazy cause love,

Many people fell because of love,

Many people became strength because of lovve,

Many people become weak because of love,

Many people die because of love,

Many people can survive because of lovve,

Yah, love can make us feel eveerything, make us do anything. If love know it, If lovve know everything that caaused of it. Will it cries? Will it stopped? Or eve, Will it laughs?

With love (that you neveer givve me but I can feel it),

I can smile longer,

I can laugh longer,

I can cry longer,

I can imagine longer,

The first sight didn’t give more. Just “like” feelling

The second sight, I’m still feelling the same

The third sight, I’m begin to feel the different of love

And in the fourth sight, I guess, I love u

I know it’s impossible love

You can’t reach me I can’t reach you

You can’t know me more, I can’t know you more

You’ll neveer meeet me, I’ll neveer meet you. Except if there’s a miracle…

But, I feel the great feeling. The feeling that can make my imagine fly to the Polaris. The feeling that can make me do the forbidden thinng. The feelling that can make me feel far away from Him.

I’m crying,

For love that I can’t reach.

I’mm crying,

For this false love.

I’m crying,

I can’t push this love.

I’m crying,

Why I love you and can’t love Him?

I’m crying,

Cause I can’t do anything..

I’m sorry,

Maybe you guess me crazy for this. I believe that you don’t feel the same..

I’m sorry,

Maybe if you know my feeling, you’ll shock, and oncee more, guess me maaad.

I’m sorry,

For my feeling to you.

And oout of that

I wanna thank you oppa.

You, have made me understand

About the power of love

You make me understand, to keep my love for him and left the forbidden love.

You make mee know about the love that I must reach

Once more,

Gomawo Oppa

Syukron Akhi Kabir

Merci

Terima kasih

Thank you

Arigatou gozaimasu

Xie Xie

Danke

Grazie

Matur nuwun

Wanna More.?

Love to Naui Chingu


Subhanallah

In the name of Allah

Who has everything in the world

Who has Yaumul Qiyamah

Ya Malik

Ya Quduus

Ya Wahhaab

Ya Rahmaan

Ya Rahim

Ya Ghofur

Ya Hafidz

Ya Muqollibal Quluub

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin

Astaaghfirullah hal Adzim

Onece more, in the name of allah

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin

Fabiayyi alaa irabbikumma tukadzzibaan

Ya Rabb, syukron for the true love that You haave sennt with Your hand, through my friends

I’m crying I’m laughing

I’m saad I’m happy

I’m fool I’m proud

I’m angry I’m loving

With anything that they have written, I dunno whether it’s original or fake, but I believe in my deepest heart, that everything that they havve written isn’t fake.

Love, they’re so precious for me

Now, I’m understand that there’re friends who always take care me. There’re friends who know me more than my self.. There’re friends who want me to change, want me to don’t change. There’re friends who pretend that I’m so precious, that I’m so kind, that I’m so perfect. There’re friends who love me.

It’s so a precious gift for me God. I love them, because before that,

I always pretend that I have no foreveer friendss in this world and I always search in the unreached place that just sell lies.

Now, I’m understand that I’m false, My All. With this, I feel as tough You saay, “Jebal juwireul dorabwa.” To me. Aroound me, sstill many soul thaat so kind.

Although as long as this I don’t take care them yeet,

Although as long as this I don’t change yet,

Although as long as this, I have changed,

Although as long as this I don’t love them yeet,

Although aas long as this I’m not precious,

Although I’m not as kind as they pretend,

Although I’m not perfect at all

But I’m promise, naui chingu

I’ll change well

I hope you still keep your friendship feeling

I hope you still love me

I hope I’ll be a candle that shine in the dark

It’ll be a contemplation for me

I’ll never doubt you

You’re always be a precioous for me

Mianhe, naui chingu

If I neveer sincere my self to you

If I neveer open my heart to you

If I never show my original character to you

I I never explain my feeling to you

Mianhe, afwan, sorry, sumimasen….

Thank caause you have written your feeling about me

And Allah, thanks for Your show that You have given to me. It’ll be the unforgettable story, It’ll be eternity,

Everlasting,

Timeless,

Foreveer,

Eternal,

Eien,

Yongwonhan,,,,,,,,,,,

2008-05-16

Di atas ombang-ambing “tears”

Wanna More.?

Jumat, 09 Mei 2008

The Kidnapper of My Love


Mungkin orang anggap aku gila, berlebihan, nggak realistis, de el el. mungkin orang anggap aku ini kayak orang yang kena serangan jantung stadium 3, mesti cepet2 diobatin. mungkin orang anggap aku aneh, nggak cinta ama produk dalam negeri.

loh? mereka juga pas aku tunjukin juga suka kok? Jadi, apa yang salah nih? (Weladalah, ini ngomongin apa to? dari tadi kok ngalur ngidul?)

Yah, aku memang sudah banyak jatuh hati ama cowok korea. kalo bisa diomong-omong, aku ini kena virus MCK (ih, jorok amat!) yaitu Maniak Cowok Korea. Aneh memang, di saat temen-temen pada suka ama kakak kelas, ato anak SMA X SMA Y, ato juga temen sekelas, tetangga, aku malah suka ama orang-orang yang nun jauuuuuuuuuuh di sana, mustahil teraih.

Cerita ini berawal dari KANGTA. Q jatuh cinta pada wajahnya. ya, hanya wajahnya, tak lebih. Dan dari dialah, aku yang tadinya biasa aja ama yang berbau Korea, jadi semangat 45 tentang Korea. Aku cari dia kemana-mana (tapi nggak ampe Koreanya kok). Kebetulan waktu itu, kelas 3 SMP, aku baru bisa make internet, kebetulan di rumah ada. Berawal dari tugas Papi Dar (i'm sorry coz I show u'r name, Papi) buat nyari lagu2 mancanegara, dan nggak sengaja nemu fotonya dia ama Vannes Wu. Aku kaget, in kan yang waktu itu. Aku liat namanya..........jreng jreng jreng......... KANGTA. Langsung deh aku jadiin tu poto buat background dekstop, trus q cari gambarnya di google. trus cari bodatanya. Wih, pokoknya bener-bener kayak orang jatuh cintalah. Sampe-sampe, aku ingeddddd bangedddddd. Aku inget ultahnya untuk kali pertama, tanggal 10 Oktober 2007, pas dia umur 27. Itu sebabnya Q suka banged ma angka 10&27 ampe sekarang. sampe-sampe pas guru agama ngomong, "Kalo shalat berjama'ah pahalanya dinaikkan berada derajat?", Q ngomong 27 keras-keras, sampe-sampe temen sebangkuku jadi ilfil.

Pas mo UAN SMP pun, bukannya rehat, malah tambah cinta. Potonya q selipin di kotak pensil, biar sekali-kali bisa ngeliat dia, ngelupain muka pengawas yang tegang (gak salah nih?) Alhamdulillah nilaiku lumayan bagus, tapi Q sadar kok, itu bukan gara-gara fotonya Kangta, tapi rahmat Allah semata. Gara-gara dia, q jadi faseh abiz about artis Korea, mo yang maen di inilah, di itulah, q kenal deh (tapi sekarang gak lagi, lebih fokus ke penyayi2nya). Gara-gara dia juga, q jadi semangat belajar hangeul (yang lulus baru baca en abjad).

Gayung pun bersambut......
Aku masih aja suka ama Kangta, ampe2 aku do'a ke Allah,

"Ya Allah, nggak papa kalo aku gak ketemu ama Kangta. Gak papa kalo aku seumur hidup nggak bisa liat konsernya. Tapi aku mohon jangan Kau hilangkan rasa sukaku ama dia ampe aku dapetin lagunya."

Bingung baca di atas kok ujung-ujungnya lagu? Ini gara-gara si Kangta itu kan penyanyi. Q dah punya biodatanya, fotonya seabrek, lirik2 udah, en berita-beritanya udah, tinggal lagu yang q lum punya. Makanya, q pengiiiiiiiiin banged dapet lagunya biar bisa denger suara ni oppa. Waktu itu pernah sih bisa dengerin lagunya di Internet. Entah kenapa, dari sekian banyak daftar lagu, cum alagu dia yang bisa sepenuhnya diputer. Yang laennya cuma setengah en malah ada yang gak bisa. Waktu itu lagunya cuma bisa didenger, ga bisa didownload. Jadi pas lagunya bisa keputer berapa detik, langsung q patiin tu koneksi (hemat euy.......) en lagunya bisa terus q dengerin selama q gak matiin komputer. Ampek kayak udah ngakar tu pantat, gak mau pindah biarpun sebentar. Q dengerin terus lagu yang sama berulang kali (ampe 30-an sehari kalo gak salah). Kalo udah gak di depan kompi ya nyanyinya itu terus. Tapi ujung-ujungnya besoknya lupa lagi, kemakan ama tidur (kacian deh gue............). Saking ngebetnya, seluruh lirik lagunya dia udah q dapetin sebelum q dapetin lagunya. Duuh..........pokoknya gila dah.....

Suka ama Kangta itu stadium satu. Biarpun aku juga suka ama artis-artis korea lainnya, gak ada yang separah Kangta. Yang fotonya 300 sendiri, yang foldernya 1/2 dari folder2Q yang laen.

Dan bencana kedua pun terjadi,
Berawal dari penasaran. Q kan ceritanya ngeliat isi forum-forum Korea di Lautan Indonesia, kok banyak yang ngomongin FT Island? |Karena rasa penasaran yang menggedor-gedor itulah (Ha?), q carilah foto-fotonya di Google.

Kesan pertama, cukup bagus. Standarlah...............
Langkah kedua, gara-gara nggak sengaja nemuin link buat download lagu-lagu FT Island, aku cobalah download 2 lagunya, yang Sarangalhee ama Jipchak.

Kesan kedua, cukup keren en menyentuh........
Abis itu, aku nggak sengaja nemuin biodata mereka di Soompi Forums. Dan............alamak! Mereka masih muda bu............. Tahun 90,91, bahkan ada yang seleting, 92.

Kesan ketiga, gebetan baru..........
Setelah itu, q coba-coba buka website pribadi dia orang, ftisland.com. Alamak lagi!!!!!!!!!!!! Isi websitenya keren buuuu,,,,, Bikin q ngepek klepar kleper. Keren en kreatif banged! Salut!

Kesan keempat, harus dibabat (emangnya rumput?).............
Abis itu, q yang baru bisa download video di Youtube (yang sebelumnya ma jadi pendengar setia) nyoba-nyoba download video-video mereka. Sampe akhirnya, "FT Island Fan MV - Primadonna|" jadi Assabiqunal Awwalun, jadi daftar video2 yang bisa q download pas baru bisa itu, jejer ama "Only Love - SMTOWN", "Polaris - Kangta", "Suju - Happines". Gara-gara video itulah, q jadi liatin tu video saban hari, ampek hapal, kalo abis adegan ini pasti adegan ntu. TemenQ yang tadinya gak suka korea pas Q kasih video ini jadi suka kok, sama kayak aku.

Kesan kelima, makin cuinnta.........
GAra-gara rasa cuinta yang semaik bertambah itulah, q lahap semua fotonya (emang makanan), baik yang tersebar di Google, web pribadi, forum2, de el el. |Jadilah foto-foto FT Island merajai tangga kedua jumlah foto terbanyak di kompiQ. Posisi pertama masih dihuni ama foto-fotonya Kangta. Foto-foto FT Island bahkan ngalahin SuJu yang lebih dulu Q suka.

Dan gara-gara itulah...........
Q suka banged ma Won Bin (asli takut banged bilang cinta). Awalnya sih suka ama MinHwan (ampe bikin cerpen gara-gara bibirnya dia). Tapi akhirnya berubah haluan ke Won Bin.



Q sendiri tak begitu mengerti,
mungkin karena q menganggapnya lain dari personil lainnya,
mungkin karena q menganggap dialah sosok yang q mau
mungkin karena q menganggap dia dewasa
mungkin karena q bisa tertawa lepas karenanya
mungkin karena q bisa menangis karenanya,

dan mungkin-mungkin yang lainnya.

Gara-gara dia,

Pesona Kangta mulai pudar,
Q bisa membayangkan hal-hal yang menakjubkan
Q bisa membuat cerpen atau novel karenanya
Q bisa seharian penuh mengingat suaranya
Q bisa menjadikan semuaQ berbau dia

Oppa, q jatuh cinta pada punggungmu,
q jatuh cinta pada kakimu,
q jatuh cinta pada suaramu,
q jatuh cinta pada gayamu,
dan jatuh cinta - jatuh cinta yang lain

Sampai-sampai, ada teman seletingan kelas X beda kelas, yang q anggap mirip ama Won Bin, entah apanya. Coz pas dicocokin lagi, gak mirip. Tapi gara-gara Won Bin, q jadi suka ngeliatin tu anak. Bikin kesel aja, tapi nikmat...........

Hua...............Hikz...............Hikz............
Reda udah badai yang satu, datang lagi badai yang laen. |Lebih dashyat lagi. Prosesnya lebih cepet dari yang pertama (emangnya nikah?), dan lebih sakit.

Lebih sakit? Tentu aja. Abis mereka mencuri keping-keping cintaQ. Padahal, keping2 itu udah q susun untuk Q berikan pada-Nya, pada Dia yang cintanya selalu Q nanti.

Mungkin kalian baru menganggapku gila di sini. Mungkin kalian bilang itu rasa ngefans yang berlebihan. Justru karena berlebihan itulah, q merasa ada yang lain. Q takut untuk mengatakannya cinta, tapi jika bukan itu apa lagi? Tidak ada selain mereka yang membuat kepalaku nyut-nyutan. Tidak ada selain mereka yang membuatku selalu dipayungi rasa rindu. |Tidak ada selain mereka yang membuatku terpaku begitu lama di depan komputer. Tidak ada selain mereka yang bisa membuatku menangis menyadari hakikat cinta, karena gara-gara merekalah aku menyadari hakikat cinta yang sesungguhnya. Cinta yang bukan omong kosong belaka.

Tapi biarpun q telah menyadari,
Kenapa q malah semakin "mencintai" mereka?
Kenapa q semakin merasa cinta ini semakin terbagi?
Hikz...Hikz...
Mereka menawanku...
Mereka mencuri kepingan cintaku dan mengurungku dengan itu.
Tapi sungguh.....
Q masih menginginkan mereka mengalir seperti air..............


METRO,2008-04-27
Di atas kepingan cinta tersisa

Wanna More.?

Polaris:Catatan Tentang Kesetiaan

“Aku akan menjadi Polaris bagimu”
Hati siapa sie yang nggak seneng kalo orang ngomong kaya’ giTu ke Qt?
Eiiit,,,ntar dulu deh. Jangan-jangan pada nggAk tau Polaris nih. Makanan dari mana nih? Perasaan di kampong guE gak ada tuh makanan kayak gitU? Hehe,

Oke fren, Polaris itu sebuah bintang yang ada di koNstelaSi Little DippEr dAn berjarak 431 tAhun caHaya (itung sendiri Ya?) dari bumi Qt ini. Polaris ini merupakan bintang paling terang di alam semesta dan leBih kesohor dengan sebuTan “The North Star” (Bintang Utara). Pada tanggal 5 Februari 2008, NASA mengirimkan lagu The Beatles, “Across The Universe” ke bintang ini.

Polaris diKenal orang-orang sebagai biNtang petunjuk baGi para muSafir yang terSesat di Gurun. Dan orangxx percaya, bahWa bintaNg ini merupakan biNtang pAling seTia. Jadi, kalo ada orAng ngomong yAng kayak di atas tadi, iTu artInya dia bakal seTia sama Qt.
Tapi tau nggAk sie? Kalau Tuhan Qt, Allah Azza wa Jalla, udah ngomong ke Qt kalo Dia bakalan seTia? (Wah, wah, mana nih? Kok gue nggak pernah denGer?) Coba deh pAntenGin surat Ad-Dhuha ayaT 3 yang artinYa:

“Tuhanmu tiDak meninggalkan engkau dan tidak pula membencimu.”

Perhatiin deh kata-kata “Tuhanmu tidak meninggalkan engkau”. Keliatan kan kalo Dia udah berjanji tidak akan meninggalkan Qt. itu berarti Dia bakalan selalu setiA, baik susah maupun senang, kaya’ Polaris.

Mungkin kamu2x bertanya, “Apa sih maksudnya setia, Dia kan nggak di sAmping Qt?” Loh, bukankah Allah itu dekat, bahkan lebih dekat daripada urat nadi Qt,,,,
Memang kadang-kadang Qt merasa kalo lagi susah itu kaya’nya beraaat banged…nggak ada yang bantuin, nggak ada yang bisa jadi tempat curhat, “Katanya Dia setia, tapi mana Diapas gue lagi susah?”

Kalo Qt ngerasa kaya’ gitu, coba deh cek lagi, selama ini Qt deket sama Dia nggak? Ketika Qt, selama susah dan senang, nggak pernah deket ke Dia, pertolongan yang Dia kasih serasa bukan pertolongan bagi Qt.

Itu artinya, biar Dia nggak bener-bener meninggalkan Qt, maka Qt harus mendekat ke Dia. Caranya? Qt harus cinta ama Dia. Hah? Yavp, artinya Qt lakuin apa aja yang Dia dan Rasulullah perintahkan.lakuin apa aja yang Dia suka, tanpa perlu Tanya-tanya. Apa aja? Yah, kita bisa shalat Lail, puasa Sunnah, sering silaturrahim, de el el. Pokoknya kayak kalo Qt suka sama orang, pasti Qt ngelakuin apa aja yang doi suka, iya kan?

Key pren, jadi baiknya seumuran Qt ini nggak usahlah dulu nyari orang yang bakalan setia mati ma Qt (nanti aja kalo udah nikah, ya?). lebih baek Qt fokusin dulu cinta Qt sama Allah, dan Qt akan mendapatkan Polaris, yang setia dengan Qt.

“Dan Dia tunjukkan setia-Nya pada Polaris.” Wanna More.?

Selasa, 22 April 2008

Euforia Mimpi

Suara gaduh di sekitarku membangunkanku dari lelapnya tidur. Aku merenggangkan otot-otot tubuhku. Aahhh….enaknya, entah kenapa kasurku berubah menjadi begini empuk. Aku membuka mataku, terpampang di hadapanku kursi-kursi yang tertata rapi dan seorang pramugari yang sedang berbicara yang aku sama sekali tidak tahu maksudnya. Aku memicingkan mata, seingatku, tadi aku berada di atas tempat tidurku, bukan di tempat….yang kalau tidak salah disebut pesawat terbang!
Orang-orang disekitarku sudah terlihat sibuk mengemasi barang-barang bawaannya. Mereka terus saja berisik dan aku terus saja tidak mengerti. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, siapa tahu aku juga membawa barang bawaan. Tapi….kosong, tidak ada apa-apa! Aku benar-benar kesini dengan tangan hampa, dan tempat yang aku sendiri tak tahu persisnya di mana! Sekali lagi, aku menoleh ke orang yang ada di sampingku, aku perhatikan wajahnya baik-baik. Mukanya oval agak panjang sedikit, rambutnya lurus dengan poni yang dibelah ke samping kanan. Dia sudah siap dengan koper bawaannya, lalu menoleh ke arahku yang sedang kebingungan. Dari balik kacamata coklatnya, aku tahu aku pernah melihat wajahnya. Mungkin di majalah atau di internet, dia tak asing bagiku. Dan………
“Shin Hye-sung!” kataku setengah berteriak.
Wajah di depanku terlihat agak terkejut. “Ya, saya Shin Hye-sung. Anda……..eh, salam kenal.” Katanya terbata-bata sambil membungkukkan badan.
Ajaib. Aku mengerti apa yang dia katakan. Padahal tadi aku sama sekali tidak mengerti apa yang orang-orang di sekitarku katakan. Bahkan aku pun baru sekali belajar bahasa korea, tentu saja harusnya belum bisa mengerti apa-apa. “Salam kenal juga. Perkenalkan, nama saya Prima” jawabku. “Peu-ri-ma.” Dia mengeja namaku, walau agak sedikit aneh. Dan itu berarti, dia mengerti bahasaku. Horeee!! Akhirnya bisa juga aku bahasa korea, pasti akan kupamerkan ke teman-temanku. Huh, tunggu kedatanganku!
“Em, Peurima. Kau sama sekali tidak membawa barang bawaan?” tanya Hye-sung
Euforiaku terhenti. Ya, aku memang tidak membawa apa-apa. “Ya, bahkan sejujurnya aku pun tidak tahu kenapa aku bisa ada di sini.” Aku meraba kantong celanaku, kosong. “Dan aku pun tidak membawa uang sama sekali.” Kataku sambil mengangkat bahu.
“Cerita yang aneh.” Kata Hye-sung sambil sedikit tersenyum. “Baiklah. Kalau begitu…kurasa kau bisa ikut bersamaku untuk sementara.”
Mataku terbelalak. Diajak oleh seorang artis? Nggak mimpi nih? Batinku. “Oh, terima kasih. Terima kasih. Anda baik sekali.” Kataku sambil membungkukkan badan. Aneh, sejak kapan aku punya kebiasaan membungkukkan badan jika mengucapkan terima kasih?
“Ayo, ikuti saja aku. Pintu pesawatnya sudah dibuka.” Lagi-lagi perkataannya memecah euforiaku. Aku hanya mengangguk, lalu mengikuti langkahnya. Dalam perjalanan menuju pintu keluar pesawat, aku terus asja memegangi kedua pipiku, daguku, keningku, mataku, pokoknya segala anggota wajahku dengan kedua tanganku. Apa aku ini bermimpi ya? Tapi ini sungguh-sungguh nyata, bahkan tadi aku merasakan pesawat yang sedikit terguncang saat mau mendarat. Bau badan Hye-sung pun jelas-jelas tercium oleh hidungku. Ya ampun, mimpiin dia juga Cuma sekali, kok bisa ketemu gini ya? Batinku.
Saat kami berdua melepaskan kaki kami dari anak tangga terakhir, puluhan jepretan kamera langsung menyerbu kami, tepatnya Hye-sung.
“Hye-sung, apakah pembuatan albummu telah selesai? Sepertinya kau pulang lebih cepat dari yang dijadwalkan?”
“Kabarnya di Inggris sana kau sempat menjalin hubungan denga seorang gadis biasa di sana? Apakah itu benar?”
“Kenapa sekarang Anda sering terlihat sendiri. Apakah Shinhwa memang terancam bubar?”
Pertanyaan-pertanyaan dari watawan itu sedikit banyak memusingkan kepalaku. Seperti tahu keadaanku, Hye-sung berbalik ke arahku, lalu menggandeng tanganku cukup erat. Aku jelas kaget, mukaku bersemu merah.
“Jangan pedulikan mereka.” Katanya.
Tapi dengan kejadian itu, para wartawan malah semakin gencar menanyai kami.
“Hye-sung, apakah ini kekasih barumu? Tapi wajahnya seperti wajah wanita Asia Tenggara, bukan Britania seperti yang ramai dibicarakan orang?”
“Mohon beri penjelasan ke kami. Apakah wanita di sampingmu itu benar-benar kekasihmu?”
“Hye-sung, kami mohon penjelasan.”
Lalu tiba-tiba sekelompok orang berbadan kekar dengan tuksedo dan kacamata hitam menghampiri kami. Mereka melindungi kami dari gencaran para wartawan.
“Permisi. Mohon jangan ganggu kami.” Seru mereka berulang kali. Para wartawan itu menyingkir dengan wajah kecewa. Sementara itu, Hye-sung makin mengeratkan genggamannya bahkan menarik diriku lebih dekat dengannya. Badanku panas dingin. Ya ampuunnn….ampun dah!
Akhirnya para wartawan itu sudah tidak mengejar kami lagi. Aku menghela napas lega. Dan saat aku melihat pemandangan bandara di sekelilingku, woow! Aku benar-benar takjub. Bandara Incheon, Seoul, benar-benar indah, dengan dinding-dinding kaca yang futuristik menghilangkan semua lelahku. Di balik pintu, kulihat lima personil Shinhwa lainnya melambaikan tangan ke arah kami. Hye-sung pun membalas lambaian mereka, begitu juga aku. Nggak apa-apalah, sekali-kali melambaikan tangan ke artis, kan belum pernah, batinku nakal.
“Yuk, kita ke mereka.” Ajak Hye-sung. Aku mengangguk, lalu melangkah riang. Saat tanganku meraih gagang pintu keluar, tiba-tiba saja aku sudah berada di tengan kerumunan orang banyak di jalan raya. Kali ini aku kaget lagi. Orang-orang di sekitarku memandang ke arah kumpulan para cowok di depan mereka dengan takjub. Aku pun menoleh ke arah yang sama. Dan…ya ampun! Mataku terbelalak lagi. Super Junior! Ya, itu kan Super Junior! Mereka sedang mengadakan “Free Hug”, artinya siapa saja boleh memeluk mereka. Ya ampun? Aku melihat Choi Shi-won yang sedang tersenyum manis, Han Kyung yang begitu seksi, Dong-hae yang tampan. Tanpa sadar aku berlari ke arah mereka, tepatnya ke arah Han Kyung. Melihatku, dia membuka tangannya dan memelukku dengan manis.
“Aahh…Han Kyung! Aku senang banget bisa dipeluk sama kamu!” Teriakku padanya.
Dia hanya tersenyum manis, membuatku terlihat bodoh. Lalu Shi-won, Dong-hae, Lee Teuk, Ryeo-wook, Eun-hyuk, Shin-dong, Ye-sung, Kyu-hyun, Sung-min, Hee-Chul, Kang In, dan Ki-bum mengeliliku. Mereka semua tersenyum padaku.
“Seoul-e eoseo oseyo[1].” Kata mereka.
Aku berteriak kegirangan, “Gomawo[2].” Kataku. Aku terus memandangai mereka. Aduh, mereka begitu tampan, pikirku. Namu, tiba-tiba orang-orang yang tadinya diam berlarian ke arah kami. Aku terkejut, aku seperti tidak bisa menggerakkan tubuhku, terlalu banyak orang.
Tubuh-tubuh yang membawa ransel itu terus mendorong-dorong tubuhku. Tubuhku menjadi tidak seimbang, dan hampir terjatuh kalau saja seseorang tidak mengyangga tubuhku. Dia menarik tanganku dan dibawanya berlari.
“Hey, Peurima, ayo cepat!” kita hampir terlambat, nih!” kata seorang anak perempuan yang menarik tanganku tadi. Dia terus mengajakku berlari sambil terus memperhatikan jam di pergelangan tangannya.
“Aduh, pelan sedikit dong, Soo-jung!” aku menutup mulutku, heran sendiri. Darimana aku tahu namanya, batinku. Aku melihat pakaianku, dan aku kembali terkejut. Di mana celana jeans dan kaos t-shirt yang tadi kukenakan? Kenapa sekarang berganti menjadi seragam krem dan rok biru kota-kotak? Pikirku. Aneh, hari ini benar-benar banyak kejutan!
“Ah, udah deh.” Katanya lagi. Dia terus mengajakku berlari menyusuri lorong-lorong sekolah yang terasa begitu panjang. Di perempatan kedua, kami belok kiri. “Nah, akhirnya sampai juga.”
Kami masuk ke dalam kelas. Murid-muridnya banyak yang mengobrol, ada yang melamun, ada yang bermain hp, bahkan ada yang bermain pesawat terbang dari kertas! Rupanya tidak ada guru. Kami menarik napas lega.
“Huh, tu kan nggak ada guru. Kenapa coba tadi buru-buru segala?” gerutuku pada Soo-jung.
“Yah, mana ku tahu kalo nggak ada guru. Biasanya kan guru sudah menunggu di kelas. Tumben banget nih nggak ada guru kayak gini.” Balasnya.
Aku segera menuju bangkuku yang berada di bagian belakang kelas, menaruh tasku di atas meja, lalu duduk. Aku mengusap keringat yang membanjiri tubuhku. Ternyata di Korea kalau tidak ada guru ribut juga, batinku. Tak sengaja ekor mataku menangkap seorang lelaki yang duduk di bingkai jendela. Bingkai jendela itu berukuran agak panjang, jadi bisa diduduki. Matanya menatap kosong ke luar kelas. Aku menatapnya dengan seksama sambil mengucek-ucek mataku. Won-bin? Betul Won-bin nih? Bagaimana mungkin dia ada di sini?
Aku mengalihkan pandanganku ke Soo-jung, “Hey, ini SMA Seongji ya?” tanyaku.
Soo-jung menatapku heran, “Kamu ini bagaimana sih? Masak lupa sama sekolah sendiri. Ya iyalah, ini SMA Seongji, memangnya kamu pikir di mana?”
Aku hanya terdiam, seingatku sekolahku di SMA N 1 Metro, pikirku. Tapi ini….., ya sudahlah. Aku tambah pusing kalau memikirkannya. Aku mengarahkan lagi pandanganku ke arah Won-bin. Tanpa ku duga, mata kecilnya menatap ke arahku, lalu dia tersenyum manis, yang membuatku ingin pingsan.
Aduh, aku jadi salah tingkah dibuatnya. Bagaimana tidak? Ditatap oleh seorang artis yang ku idolakan? Aku sendiri pun bingung, apa aku ini bermimpi? Segala yang ada di hadapanku benar-benar terlihat nyata, tapi semua peristiwa yang terjadi seperti mustahil bagi seorang Prima, pikirku.
Won-bin pun turun dari bingkai jendela, lalu duduk di dekatku. Hatiku jadi dag-dig-dug dibuatnya. Dia memegang pergelangan tanganku dengan lembut dan menggeser sedikit lengan bajuku. Mukaku semakin memerah diperlakukan olehnya seperti itu.
Cukup lama Won-bin memandangi pergelangan tanganku sebelum akhirnya berkata dengan wajah sumringah, “Ternya kamu benar-benar cucunya Lee Dong-wook. Tanda yang kakek ucapkan benar-benar ada di pergelangan tanganmu.”
Aku melongo, lalu melihat pergelangan tanganku. Ada tanda berbentuk seperti tetesan darah berwarna hitam di sana. Aku heran, sejak kapan aku punya tanda seperti itu? Dan lagi, apa tadi, cucunyaLee Dong-wook?
“Apa katamu tadi? Aku cucunya Lee Dong-wook?”
“Ya. Tanda yang diceritakan kakek benar-benar mirip dengan yang ada di pergelangan tanganmu. Aku jadi teringat padamu saat kemarin kakek menceritakan itu padaku.”
“Apa? Lee Dong-wook kakekku?” aku masih saja heran, “Memangnya kapan dia menikah, kok aku belum tahu beritanya? Dia juga kan masih umur 27, masak sudah punya cucu? Sebesar aku lagi? Anak saja rasanya tak mungkin.”
“Itulah kelebihan kakek. Sejak istrinya meninggal, tiba-tiba saja dia memanggil semua cucunya yang mempunyai tanda seperti itu. Publik waktu itu sempat kaget dengan pengakuannya bahwa dia sudah mempunyai cucu. Aku pun dipanggilnya karena aku juga mempunyai tanda seperti itu.” Jawabnya lagi sambil memperlihatkan tanda yang sama persis di pergelangan tangannya.
“Aduh, kok aneh banget sih? Nggak masuk akal?” kataku. Tapi tiba-tiba aku menggelengkan kepalaku, “Aku tidak mau. Aku tidak rela menjadi cucu dari seorang Lee Dong-wook! Aku masih punya kakek di rumah. Aku tidak mau. Pokoknya tidak!” teriakku, air mata mulai menggenang di kedua pelupuk mataku. Aku sendiri kembali terheran, alasanku benar-benar tidak masuk akal, tapi kenapa aku bisa sampai menangis seperti ini? Apakah aku memang benar-benar membenci Lee Dong-wook, sehingga tidak mau menjadi cucunya?
Kulihat Won-bin menatapku sedih, “Dia sayang padamu. Kau adalah cucu terakhir yang benar-benar didambanya. Dia sangat…” kata-kata Won-bin tak sempat terselesaikan karena seorang guru memasuki kelas kami. Semua murid sibuk kembali ke tempat duduknya masing-masing. Won-bin pun kembali ke bangkunya yang berselang dua bangku dari kiri tempat dudukku. Rupanya jam pelajaran pertama sudah habis. Kami pun kembali mengikuti pelajaran. Selama itu, Won-bin terus menatapku dengna tatapan mengharap. Aku jadi tidak bisa berkosentrasi dengna pelajaran.
Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Aku segera membereskan buku-bukuku, lalu segera keluar kelas. Baru beberapa meter keluar dari kelas, Won-bin kembali mencegatku. Dia memegang tanganku. Aku menatapnya. Kami sama-sama terdiam, lalu berjalan bersama. Kami menyusuri lorong-lorong sekolah yang panjang untuk bisa sampai ke halaman sekolah.
“Sebenarnya, apa alasanmu sehingga kau bersikeras tida mau menjadi cucu kakek? Tanda yang ada di tanganmu itu merupakan satu-satunya bukti bahwa kau adalah cucunya. Jangan takut, dia akan memberimu segalanya.” Perkataan Won-bin membelah sunyi di antara kami.
Aku melihat tanda yang ada di pergelangan tanganku. Mengutuknya. Gara-gara tanda ini, aku harus menjadi cucunya Lee Dong-wook, batinku sambil menggosok-gosok tanda tersebut.
“Aku, aku, hanya ingin hidup bebas seperti sekarang ini? Aku tidak pernah suka menjadi cucu seorang artis atau konglomerat. Kehidupan mereka akan selalu menjadi sorotan publik. Aku juga tidak pernah menyukainya, gara-gara temanku terlalu menyukainya.” Aku jadi teringat kehidupanku di Indonesia. Aku teringat Tina yang begitu menggilai Lee Dong-wook sehingga aku agak segan dengan artis tersebut. Aku teringat Ayah dan Ibu, juga Leni, adikku yang suaranya seolah-olah bisa merusak tatanan bintang di langit. Ayah, ibu, kenapa aku bisa berada di Seoul seperti ini? Aku memang bercita-cita ke sini tapi aku tak pernah mau menjadi cucu dari seorang aktor. Aku lebih menyukai kehidupanku yang seperti biasa, yang seperti kemarin. Tuhan, kenapa aku bisa di sini? Jerit batinku.
Di halaman sekolah, aku menangis di pinggir kolam yang airnya begitu jernih. Aku berkaca di atasnya. Won-bin masih menanti di sampingku.
“Peurimadoona. Itu kan nama panjangmu? Kau sekarang menajdi primadoona untuk kakekku, kakek kita. Ayolah Peurima. Kakek sudah beberapa hari in sakitnya kembali kambuh karena memikirkanmu. Ayolah.” Bujuknya lagi.
Sebuah limousine hitam mengkilap masuk ke halaman SMA Seongji. Empat orang bertuksedo perak keluar dari sana. Mataku menatap tak percaya ke arah mereka. Min-hwan, Jong-hun, Hong-gi, dan Jae-jin! Aku tak menyangka kelim apersonil FT Island itu (ditambah Won-bin) ada di hadapanku. Mau apa mereka ke sini? Aku menatap ke arah Won-bin, seakan bertanya padanya.
Won-bin seakan tahu apa pertanyaanku, “Mereka ke sini mau menjemput kita. Kakek sudah menunggu.”
“Mereka juga cucunya Lee Dong-wook?” tanyaku.
Won-bin hanya mengangguk. Aku jadi berubah pikiran, kelima personil FT Island yang aku idolakan itu cucunya Lee Dong-wook, kalau aku jadi cucunya juga, itu berarti aku akan sering bersama mereka. Aha..
Aku menatap Won-bin dengan sumringah. “Won-bin, aku mau menjadi cucunya Lee Dong-Wook.”
Won-bin menatapku tak percaya, “Kau serius?”
Aku hanya mengangguk, sambil tersenyum. Lalu pandanganku kualihkan kearah empat orang tadi, “Mereka jadi tukang antar jemput? Jadi bodyguard gitu?” tanyaku lagi.
Jong-hun yang mendengar perkataanku langsung menyela,”Kalau saja bukan karena permintaan kakek, mana mau kami seperti ini?”
“Iya. Mana aku belum terlalu bisa mengendarai limousine ini. Kalian tadi nggak spot jantung kan?” Hong-gi menimpali sambil melirik ke-3 rekannya. Ketiga-tiganya langsung menjitak kepala Hong-gi.
“Tadi itu kita hampir mau ditilang polisi gara-gara kamu mengendarainya sembarangan, tahu!” ujar Jae-jin.
“Iya, nanti Jong-hun sajalah yang menyetir. Tadi polisi itu sudah nguber-nguber kita, pasti juga dah kenal sama mobil kita. Limousine kita kan unik.” Sewot Min-hwan.
Aku dan Won-bin hanya tersenyum melihat tingkah mereka. Won-bin memegang tanganku. “Ayo masuk.” Ajaknya. Aku pun tak bisa menolak lagi permintaannya. Mungkin aku harus menghapus kesan negatif terhadap Lee Dong-wook dari pikiranku karena sekarang impianku untuk bisa bersama dengan FT Island akan terwujud.
Kami semua akhirnya masuk ke dalam limousine. Jong-hun dan Hong-gi di depan, Min-hwan dan Jae-jin di belakang, sementara Won-bin dan aku di bagian belakang. Limousine melaju pelan menuju kediaman kakek Lee Dong-wook.
Akhirnya kami sampai juga. Saat aku keluar, aku melihat pemandangan yang menakjubkan (lagi). Jujur, baru kali ini aku memasuki rumah yang begitu megah dan besar, jauh dari rumah sederhanaku di Indonesia sana. Pohon-pohon besar menghiasi halamannya yang tertutupi rumput yang hijau lembut. Di tepi-tepi jalan setapaknya terdapat semak-semak yang dibentuk sedemikian rupa. Bahkan ada patung Harubang[3] yang terbuat dari es disitu!
Pintu besar berwarna krem sudah terbuka menyambut kedatangan kami. Mereka berlima menyuruhku masuk ke dalam. Walau sedikit ragu, aku pun masuk ke dalam, kosong. Namun tiba-tiba seorang berkursi roda datang dengan didorong oleh pengawalnya menghampiriku. Lee Dong-wook, dengan muka yang agak sedikit pucat. Dia tersenyum melihatku.
“Kau benar-benar mirip dengan istriku, Lee Da-hae.” Dia meraih tanganku dan melihat tanda itu di sana. Senyumnya makin mengembang. “Gara-gara semakin memikirkanmu, aku jadi menunda syuting serial Meteor Garden versi Korea.” Tangannya membuka, mengisyaratkan aku agar dipeluknya. Dan aku benar-benar memeluknya.
Min-hwan, Jong-hun, Hong-gi, Jae-jin, dan Won-bin terdiam melihat aku dan kakek. Won-bin menarik tanganku dan mengajakku ke tepi kolam. Dia menatapku lembut, lalu memegang kedua tanganku dengan erat. Kulihat wajahnya agak sedikit tegang, sepertinya dia akan mengatakan sesuatu padaku.
“Emm, Peurima, kuharap kau mengerti akan pe….” Perkataannya terhenti karena tiba-tiba seorang pelayan wanita memukul lonceng sebagai isyarat untuk makan. Bunyinya begitu keras sampai ke telingaku. Entah kenapa semua ingatanku dipaksa mundur. Saat aku ditatap oleh Won-bin, saat aku ditarik Soo-jung menuju kelas, lalu saat para personil Super Junior mengerumuniku, saat Han Kyung memelukku, saat Hye-sung dan aku berada di pesawat, saat aku merasakan bahwa keempukan kasurku lain dari yang biasanya….
Bunyi lonceng itu semakin lama menjadi seperti bunyi pintu yang dipukul dengan keras. Makin lama bunyi itu semakin gaduh saja. Aku semakin tak tahan.
“Aaah! Berisik amat sih!” teriakku. Mataku terbuka, aku kaget. Kini aku berada di atas tempat tidurku. Aku menepuk keningku. Yah, cuma mimpi. Kenapa sih ibu ini pake gedor-gedor pintu segala, padahal Won-bin dah mau nyatain perasaannya ke aku. Padahal sebentar lagi aku bisa terus bersama personil FT Island.
“Prima, sampai kapan kamu mau tidur, hah? Sudah jam tujuh!” suara khas ibuku membuat lamunanku terhenti.
“Prima, sudah jam tujuh. Cepat bangun!” teriak ibuku lagi.
Aku beranjak dari tempat tidur dengan kesal, lalu membuka pintu.
“Ibu ini, orang lagi mimpi indah-indah juga dibangunin. Kesel tahu!” kataku
“Yah terus kalau kamu mimpi terus kapan mau berangkat sekolah?”
“Ya emang ini jam berapa?”
“Kamu ini telinganya ditaruh di mana sih? Dari tadi ibu sudah berbusa-busa teriak jam tujuh, kamu nggak dengar?”
“Apa bu? Jam tujuh?” teriakku, tanpa menunggu jawaban, aku segera berlari ke arah kamar mandi, tapi lalu kembali ke kamar tidur untuk mengambil baju sekolah. Ya ampun, pikirku. Kenapa sih mimpi indah harus selalu ada resikonya, telat!
Tanpa sarapan dan tanpa pamit, aku segera berlari keluar rumah. Hye-sung, Super Junior, dan FT Island sudah tidak lagi mampir di benakku karena yang sekarang ada adalah, aku akan terlambat!



Metro, 3 April 2008
Saat bayangan-bayangan yang mampir di otakku terlalu banyak,
Dan saat polaris pun lelah menungguku menyelesaikan cerita ini.
[1] Selamat datang di Seoul
[2] Terima kasih banyak
[3] Sesuatu yang dianggap Tuhan oleh orang-orang di Pulau Cheju. Wanna More.?

Jangan Bikin nie Bangsa Semakin Ancur, donk!

Yah, kayak yang udah kita tau, akhir2 ini lagi heboh-hebohnya berita about JuPe (a.k.a Julia Perez) en Dewi Persik. Kok heboh? Yah, gimana nggak? Mereka sendiri yang bikin kehebohan kayak gitu!

Pencekalan Dewi Persik sih kalo q bilang wajar2 aja. gimana nggak? Lha wong dia narinya kayak gitu, yang potong gergajilah, belah semangkalah, apalah. Kayak gitu kan ngundang syahwat banged.... Wajarlah kalo di kalo di Bandung dicekal. Emang, pencekalan Dewi Persik bukan jaminan kalo moral masyarakat Bandung bakalan baek baek aja. Tapi gimana langkah kita biar moral masyarakat yang udah terpuruk seenggak-enggaknya nggak keliatan terpuruk.

Terus, ada yang menghubungkan pencekalan itu sama hak wanita yang dibatasi. Ada yang bilang, itu kan cara dia buat nyari nafkah, kok dicekal?
Kalo pendapatQ, kenapa sie Qt harus nyari nafkah pake cara begituan, gak ada tah cara lain, yang lebih bagus, yang lebih nyar'i. Inget surat Ad-Dhuha ayat 3, yang artinya, "Dan Dia tidak akan meninggalkan engkau, dan tidak pula membencimu"
Allah dah menegaskan bahwa Dia nggak akan meninggalkan hamba-Nya, asal Qt mau berusaha en berdo'a, jalan laen pasti ada.

trus about JuPe, masa' dia bagi2 kondom di album barunya?
hah, ide gila apa ini?
ngedukung free sex banged sie?

tapi, masalah kalo dia ngedukung free sex itu, dia bilang kalo gak masuk akal kalao dia disebut ngedukung free sex. katanya, kondom itu di mana-mana ada, di warung kecil, di apotik, harganya tu cuma lima ribuan kita bisa dapet lima. sedangkan kalo belim album JuPe seharga 30 ribu cuma dapet satu, itu gak logis banget kalo dia dianggap ngedukung free sex.

okey, memang gak logis kalo dipikir pake otak, mikirnya pake hati donk! Dia itu kan public figure, yang udah pasti bakalan ditiru sama banyak orang.

Udah deh buat para artis, aktor, en public figure laennya. Dunia artis bisa dilalui tanpa harus make hal-hal aneh dan gak betul kayak gitu?
Kayak yang udah Q sampein tadi, asal Qt berdo'a en usaha keras, tangan-tangan-Nya pasti bakalan bantu Qt melalui kehidupan ini. tanpa harus pake cara-cara haram. Wanna More.?

Polaris

Polaris adalah bintang utara yang biasa menjadi penunjuk arah bagi para musafir. Dan ia selalu pada tempatnya, setia.

”Rin, aku ingin terbang ke Polaris.”
Rina langsung terbangun, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Ya, mimpi itu datang lagi. Masih dengan kalimat yang sama dari seorang Andin, teman semasa SD-nya dulu. Dan yang ini sudah ketiga kalinya Rina mendapat mimpi itu. Rina mendesah, perasaannya sudah tak enak sejak pertama kali ia bermimpi seperti itu.
Rina melirik jam weker di samping tempat tidurnya, jam ½ 6. Dengan tergesa, Rina pergi ke kamar mandi. Sejak mimpi itu datang, ia selalu tak mendapat kesempatan untuk shalat malam. Bahkan pada saat mandi dan shalat pun mimpi itu masih membayangi pikirannya.
”Bu, ibu masih inget sama Andin?” tanya Rina pada ibunya saat mereka sarapan.
”Andin?” keningnya berkerut saat mendengar pertanyaan Rina.
”Itu lho bu, temen Rina pas SD. Yang sering main ke rumah, yang jago taekwondo itu.”
“Ooo, yang rambutnya sering diekor kuda itu ya?”
”He-eh. Kok tiba-tiba Rina keinget terus sama dia ya bu?”
”Kangen kali. Udah berapa tahun coba kamu gak ketemu dia kan?” jawab ibunya
7 tahun. Sudah 7 tahun dia tidak bertemu dengan Andin hingga kini ia duduk di kelas 1 SMA.

”Yee, dasar pincang!”
”Kita lomba adu lari yook!”
Cemoohan-cemoohan seperti itu menyambutnya saat pertama kali masuk ke ruangan kelas 4 SD N 1 Palembang. Rina meringis, air matanya seakan sudah tak betah berada di dalam kelopak matanya. Di sekolah sebelumnya, dia tak pernah mendapat ejekan seperti ini.
”Heh, kok diem aja? Nangis ya?” seorang anak laki-laki bertubuh gempal menyadarkan lamunannya.
”Kan katanya larimu cepat. Kayak....” ”Kayak siput.” yang lain menimpali.
Dan air mata Rina pun tak terbendung lagi. Ia menangis. Jika saja ia tak sadar bahwa ia sedang berhadapan dengan banyak orang, mungkin kruk yang menyangga tubuhnya sudah terlepas. Namun air matanya semakin deras mengalir, tatkala suara-suara tawa di hadapannya memenuhi gendang telinganya.
”Heh, kalian ini apa-apaan sih? Beraninya ganggu orang yang lemah.” sebuah teriakan menggema di ruangan kelas itu. Suara tawa mendadak hilang, sebab seseorang yang biasanya tukang biang onar menolong seseorang yang sedang diejek.
Anak itu mendekati Rina sambil menyapanya lembut. ”Kamu gak papa kan? Maafin mereka ya, anak-anak kelas ini hobinya itu.”
Rina menggeleng pelan, lalu mencoba membenarkan letak kruk yang hampir terjatuh.
”Namaku Andin.” katanya sambil mengulurkan. ”Aku udah tahu namamu. Nggak usah ngenalin lagi, Rina. ”
Rina terheran. Andin yang melihat hal itu berkata, ”Kamu kan tadi udah kenalan di depan kelas, jadi nggak usah ngenalin diri lagi.” jelasnya sambil tersenyum. Dan Rina pun ikut tersenyum.
”Heh, Andin! Ngapain kamu temenan sama anak cacat kayak dia. Kamu pasti nyari mangsa baru buat dapet contekan. Iya kan?” suara si gempal itu lagi, yang disambut tawa riuh anak sekelas.
Bak, Buk! Rina terkaget, si gempal itu langsung dipukul oleh Andin.
”Heh, jangan main-main ya! Aku kali ini tulus nolongin dia! Nggak kayak kamu, yang kalo temenan pasti punya maksud. Awas kamu kalo sampe nyakitin dia.....” jawab Andin sambil meremas-remas jari tangaanya.
Lalu tawa-tawa itu berhenti bergaung. Siapa pun tahu kalau Andin jago taekwondo. Sudah sering ia mengikuti kejuaraan-kejuaraan taekwondo di kota Palembang.
Dan sejak itu, Rina pun bersahabat dengan Andin. Andin memang tidak pintar, ia sering menyontek pekerjaan Rina jika otaknya sudh tidak mampu lagi mencerna penjelasan dari guru ataupun Rina yang mencoba membantunya, yang membuat Rina hanya geleng-geleng kepala. Tapi, di balik sikapnya yang begitu tomboi, Andin pintar membuat puisi yang sering diberikannya kepada Rina. Dan satu lagi yang membuat Rina tak ragu bersahabat dengan Andin, karena tali persahabatan yang diulurkan Andin begitu tulus
”Din, aku boleh tanya gak?” kata Rina siang itu seusai sekolah.
”Hmmm......” jawab Andin singkat, ia masih asyik memainkan kaki-kakinya di telaga kecil di belakang sekolah. mereka memang sering pergi ke situ sepulang sekolah sambil kadangkala mengerjakan tugas yang diberikan guru. Atau hanya untuk bermain-main.
”Kenapa kamu mau berteman sama anak cacat kayak aku ini?”
Andin menatap Rina dalam. Lalu pandangannya dialihkan ke air telaga yang memantulkan bayangan wajahnya.
”Aku cuma gak penging kamu kayak adikku”
”Kamu punya adik?”
”Dulu. Dia juga cacat kayak kamu. Dan dia meninggal gara-gara tidak ada kepedulian dari orang tua kami. Aku juga dulu jarang bermain dengannya. Setelah dia nggak ada, aku baru sadar kalo aku butuh teman di rumah dan teman itu udah gak ada.” jelas Andin. ”Dan aku gak mau kehilangan teman lagi.”
Rina terdiam. Lalu memegang lembut bahu Andin.

”Rina, bisa kamu sebutkan di mana saja habitat Paramaecium?” Nina yang duduk di sebelah Rina menyenggol pelan siku Rina. Namun, rupanya alam pikiran rina masih melayang di antara telaga kecil di belakang sekolahnya dulu.
”Rina?” Pak Rudi, guru biologi, mengulangi panggilannya.
”Rin, ditanya Pak Rudi tuh.”
Dan Rina pun tersadar dari lamunannya. ”Eh, iya Pak. Di telaga belakang sekolah, Pak.” jawabnya asal. Jawaban Rina itu kontan membuat seisi kelas tertawa. Dan rina menyadari bahwa lamunannya terlalu lama untuk berada di dalam kelas. Rina pun menunduk dengan muka memerah karena malu.
”Kamu sedang mikir apa sih rina? Akhir-akhir ini kamu sering melamun, Bapak Khawatir nanti nilaimu pada turun.” nasihat Pak Rudi.
”Maaf, Pak. Lain kali saya tidak akan melamun lagi.”
Dan Pak Rudi pun melanjutkan pelajarannya tanpa memperpanjang masalah itu.

-Tuhan...
Bisa kah Kau terbangkan driku merambah jomantara
Lalu.....
Bawa aku ke Polaris
Aku ingin meletakkan semua memori ini
Tentang Ayah,
Tentang ibu,
Tentang semuanya,
Yang buat hidupku tak berwarna
Ku ingin semua itu tak ada, Tuhan
Ku lelah dengan semua itu
Ku ingin meletakkan semua itu di sana, meninggalkannya
Lalu kembali ke sni
Dengan memori baru hiasi diriku
Tuhan, bisakah?
Hanya sebentar, ku takkan lama
Ku takkan lama Tuhan
Tuhan...
Q ingin Polaris-

Rina tertegun, saat melihat pusis di dalam buku Matematika milik Andin. ”Din, ini maksudnya apa sih?” tanyanya.
”Nggak ada maksud, aku cuma pengin pergi ke Polaris.”
”Polaris, apaan tuh?”
”Bintang utara.” jawab Andin singkat
Dan Rina masih juga tak mengerti. Polaris?
”Din, kamu punya masalah ya? Kalo ada ngomong dong?”
”Masak sih Rin? Emangnya aku kelihatan punya masalah?” Andin mematahkan dugaan Rina. Rina terdiam. Ia tahu, Andin memang selalu ceria, seakan tak pernah punya masalah. Tapi Rina masih tak mengerti juga dengan puisi Andin.
-Aku ingin meletakkan semua memori ini
Tentang Ayah,
Tentang ibu,
Tentang semuanya,
Yang buat hidupku tak berwarna
Ku ingin semua itu tak ada, Tuhan
Ku lelah dengan semua itu-
Andin pasti punya masalah, batinnya. Tapi kenapa gak mau ngomong. Dia kan sahabatnya. Sungguh ia ingin katakan semua itu pada Andin, tapi lantaran tak rela melihat ceria di wajah Andin lenyap. Maka Rina pun hanya terdiam.
Andin masih asyik memainkan kakinya di air, sore itu sungguh mesra dengan cahaya jingga yang menyemburat memenuhi langit. Dengan alang-alang yang terus berayun lembut karena angin sepoi. Dan matahari yang seakan tak jua ingin beristirahat. Mereka benar-benar tak ingin meninggalkan telaga sore itu, jika saja mereka tak sadar bahwa orang tua mereka pasti menunggu.
Dan kali itu, adalah saat terakhir Rina melihat wajah ceria Andin. Esoknya, ia tak lagi melihat Andin. Bahkan saat Rina menyambangi rumahnya, hanya sunyi yang menyambut kedatangannya.
”Din, apa kamu sudah terbang ke Polaris?”

Jalanan siang itu sepi. Rina –masih dengan kruknya- berjalan tertatih menyusuri jalanan itu. Rumahnya memang tak jauh dari sekolahnya, yang membuatnya memilih berjalan sat berangkat dan pulang sekolah.Tiba-tiba beberapa anak kecil menghalangi langkahnya.
”Eh, liat deh. Mbak pincang lewat lagi.”
”Pasti kruknya lebih cepet daripada motor, makanya dia pake kruk terus.”
Lalu terdengan tawa-tawa riuh memecah sunyi jalanan. Rina hanya tersenyum. Telinganya sudah kebal mendengar semua itu. Dan ia bertekad tidak akan pernah mengeluh. Rina berhenti sejenak di tempat yang agak sunyi, di dekat kebun mangga milik Pak Amir, mencoba melepaskan lelah yang menderanya. Tiba-tiba ekor matanya menangkap bayangan seorang gadis dengan baju seragam SMA yang dipakai asal-asalan dan ukuran yang diperkecil. Gadis itu –yang tak melihat Rina karena tertutup pohon mangga- dengan perlahan berkata, ”Tuhan, mungkin dengan ini aku bisa terbang ke Polaris.” sambil mengeluarkan silet dari saku roknya.
Lau, dengan sekejap pikiran Rina tentang Andin. Polaris.
”Andin, jangan!” teriak Rina sambil berusaha mendekati Andin.
Gadis itu –Andin- menoleh kaget. ”Rina?”
”Andin, jangan! Jangan lakukan itu!”
Dan Andin pun roboh. Dia bertekuk lutut tak berdaya. Bulir-bulir bening menetes dari kedua mata beningnya.
”Andin, apa yang kamu inginkan? Kenapa kamu bertindak gegabah begini?”
”Rina.......aku tadi hampir menuju Polaris. Kenapa kamu menghentikanku?”
Rina sungguh tak mengerti. Ia benar-benar tak percaya bahwa gadis di hadapannya adalah Andin. Andin yang dulu ia kenal sebagai seorang yang selalu ceria, sebagai seorang yang kuat menghadapi apa pun. Ia benar-benar tak percaya, gadis dengan penampilan urakan dan mata yang terlalu sayu itu benar-benar Andin, teman SD-nya dulu.
”Andin........ini benar-benar kau?”
”Ya. Ini masih aku, Rin. Masih Andin teman SDmu dulu. Masih Andin yang jago taekwondo.”
Rina masih menatapnya tak percaya. ”Din, kamu sekarang tinggal di mana?” tanyanya.
”Aku ingin tinggal di Polaris. Tapi mungkin sekarang kolong jembatan tempat yang pas buatku.”
”Apa?”
Andin tertawa. ”Ya nggaklah, Rin. Rumahku masih yang dulu.”
Rina pun tersenyum. Dia masih Andin yang dulu, yang penuh humor.
”Rin, kamu sekarang pake jilbab jadi tambah putih. Tadi aku sampai pangling. Kamu kan dulu item.” candanya.
Rina cemberut. Bisa-bisanya Andin berkata seperti itu. Rina hampir tak percaya bahwa Andin yang sering bercanda ini tadi hampir bunuh diri.
”Din, tadi kenapa kamu...?” pertanyaan Rina belum sempat terselesaikan karena Andin sudah duluan menyahut, ”Udah dulu ya Rin, aku mau pulang. Ntar dimarahin Papa.”
”Tapi Din, kamu gak bakalan bunuh diri kan?”
Andin hanya mengangkat bahu, ”Kapan-kapan main ke rumah ya?”. Lalu pergi meninggalkan Rina yang terdiam bingung. Pikirannya benar-benar cemas. Andin...jangan bunuh diri. Nanti kamu gak bisa ke Polaris...

Rina menatap langit kelam malam itu. Ah, Andin, di mana Polaris yang kamu cari itu? Kenapa kamu pengin pergi ke sana? Apa yang pengin kamu lakukan di sana? Kenapa aku gak boleh tahu masalah apa yang menimpamu? Kamu masih ngganggep aku sahabatmu kan?. Pertanyaan demi pertanyaan terus membatin di batin Rina. Dan ia benar-benar tak tahu harus bicara apa pada sahabatnya itu.
Sekali lagi, Rina manatap langit malam itu. Tak banyak bintang. Namun entah kenapa ia begitu ingin keluar rumah. Bergegas ia mengambil kruknya yang bersandar pada meja belajarnya. Tak lupa ia mengenakan jilbab untuk menutupi mahkota hitam miliknya.
”Rin, mau ke mana? Tumben-tumbenan keluar malem?” tegur ibunya saat Rina dengan sedikit tertatih menuju pintu depan.
”Cuma mau ke depan kok Bu. Malem ini entah kenapa Rina pengin banget ngeliat langit.
Ibunya terdiam. Melihat langit? Benar-benar suatu hal yang sangat jarang putrinya lakukan.

Rina melangkah keluar. Malam ini langit seakan tak mau berhias diri. Polaris. Di mana Polaris itu? Yang tampak di mata Rina hanyalah beberapa bintang berukuran sama dan berkerlap-kerlip.
”Ah, semua bintang sama. Di mana Polarismu itu Andin?” keluhnya.
”Semua bintang tidak sama, Nona. Harusnya kau pergi ke Observatorium Bosscha kalau ingin membedakan bintang.” sebuah suara yang tidak asing lagi menggetarkan tulang-tulang pendengaran Rina. Ia menoleh. Sosok itu, Andin.
”Andin, ngapain kamu ke sini?” tanya Rina heran.
”Oh, jadi rupanya aku gak boleh main ke sini lagi to? Ya udah, mendingan aku pulang aja.”
””Eh, bukannya gitu. Aku cuma....” Rina jadi merasa tak enak.
”Rina, Rina. Kamu masih sama kayak dulu. Begitu polos kalo diajak bercanda.” Andin tertawa.
”Rin, kamu tahu kenapa aku begitu menyukai Polaris?”
Rina mendekat, kini Andin mau mengungkap sesuatu yang sejak dulu disimpannya. ”Kenapa?”
”Karena Polaris adalah bintang paling setia dan terang. Aku memang hanya pernah sekali melihatnya, tapi ia benar-benar telah mempesonakan mataku. Dia biasa menjadi penunjuk arah bagi para musafir yang tersesat. Dari dulu aku berharap, bisa menemukan Polaris untuk diriku. Dan aku ingin pergi ke sana, mungkin dia akan memberiku petunjuk atas semua ini. Ah, Polaris, bintang utara, aku benar-benar ingin ke sana. Aku ingin meletakkan...”
”Meletakkan semua masalahmu? Sebenarnya kamu punya masalah apa sih?” potong Rina.
Andin yang sedang menatap langit menoleh, lalu tersenyum. Lama, begitu lama. Namun sedetik kemudian, Andin menangis.
Rina panik melihat keadaan sahabatnya yang begitu cepat berubah. ”Din, kamu ngapa? Kok tiba-tiba nangis?”
”Rin, kenapa aku punya masalah begitu banyak, dan dari dulu gak pernah selesai? Aku gak kuat lagi, Rin. Papa sama mama sekarang kerjaannya cuma debat di meja pengadilan, dah gak pernah mikirin aku lagi. Aku sedih Rin, mereka memang dari dulu gak pernah merhatiin aku, tapi aku tetep sedih. Waktu itu aku pergi karena mereka ngajak aku sekolah di Inggris, tapi mereka akhirnya tahu bahwa itu nggak ada artinya. Apalagi, mereka mau membuang diriku. Aku dianggap tak berguna karena masuk jurusan bahasa, gak masuk IPA. Padahal di IPA aku bisa apa Rin? Dan juga Rin, aku hamil.” cerita Andin sambil terisak.
”Apa Din, kamu....kamu hamil?” bagai ada palu godam yang menghantam kepala Rina. Dia sungguh tak menyangka jika sahabatnya terseret kehidupan begitu jauh.
”Aku gak tahu lagi Rin harus gimana. Ku kira rokok, narkoba, ma pacaran bisa ngilangin semua frustasiku. Apalagi temen-temenku udah aku anggap Polarisku. Tapi mereka nggak setia, Rin. Dan gak ada Polaris yang nggak setia. Apalagi si Miko sialan itu, dia pergi gak tahu ke mana setelah nyuruh aku aborsi. Aku gak tahu lagi, Rin. Gak tahu lagi harus sama siapa aku minta tolong?”
”Kamu...udah minta tolong sama Allah, Din?”
Andin menoleh, ”Allah?” tanyanya heran. Rina tersenyum, dia tahu dari dulu bahwa sahabatnya memang jarang mendekatkan diri kepada Allah, bahkan setahu Rina tak pernah. Dan ia menyesal baru bisa mengatakannya sekarang. Ia menyesal kenapa tak dari dulu membantu masalah Andini. Dan memang penyesalan selalu datang di akhir, kala semua peristiwa telah terjadi.
”Iya, Din. Kamu belum minta tolong sama Allah? Cuma Dia yang bisa nolong kamu dari semua masalah kamu. Kenapa kamu gak nyoba dekat dengan-Nya?”
Andin menggeleng pelan, ”Aku udah terlalu lama ngelupain dia Rin, dia pasti udah ngelupain aku. Dan sekarang, saat aku inget, aku udah terlalu banyak ngelakuin kesalahan. Aku udah gak ada artinya di hadapan-Nya. Aku udah terlalu hina, Rin. Mungkin lebih baik aku pergi ke Polaris, di sini gak ada Polaris Rin. Aku bakalan naro semua masalah ini di sana. Aku pingin banget Rin memulai hidup yang baru tanpa mengingat-ingat kembali semua yang telah aku alamin.”
Rina menatap Andin lama. Ia sungguh tak mengerti jalan pikiran gadis itu. Kenapa hanya Polaris yang menurutnya bisa mengeluarkannya dari masalah. Kenapa ia tak berpikir bahwa Allah-lah yang bisa menenangkan hatinya, dan membantunya keluar dari segala masalah ini. Kenapa?
”Nggak Din, kamu nggak boleh berpikir kayak gitu. Andin yang aku kenal dulu adalah Andin yang selalu optimis. Dan Allah, telah menjadi Polaris untukmu Din. Dia bisa membantumu menemukan jalan keluar, Dia selalu setia Din, Dia gak akan pernah ninggalin kamu. Dan nggak pernah ada kata terlambat untuk bertobat bagi mereka yang sungguh-sungguh mau bertobat. Dan Dia past mengabulkan tobatmu, mengampuni kesalahanmu, dan memberikan titik terang untuk segala masalahmu Din, percayalah.”
Andin tersenyum, ”Tapi, Rin, aku sudah dekat dengan Polarisku.”
Rina merasakan ada sesuatu yang bergemuruh tak karuan di hatinya, tapi ia tak tahu.
”Rin, aku pulang ya. Udah terlalu malam.”
Rina menatap kepergian sahabatnya dengan perasaan tak menentu. Dan gemuruh itu bergemuruh lebih kencang. Ya Allah, lindungilah ia.

Sesampainya di rumah, Andin merasakan perutnya melilit hebat. Ia menangis. Rupanya baru sekarang obat itu berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Tangisnya semakin deras, sebuah do’a terucap dari lubuk hatinya, ” Ya Allah, Polarisku, apakah dirimu mau memaafkan diriku yang telah membunuh seorang nyawa tak berdosa?”
Sejenak kemudian, dengan tertatih, Andin melangkah menuju ke kamar mandi. Ia belum shalat Isya. Dengan tangan gemetar, diputarnya kran untuk berwudhu. Dan lalu, untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, shalat itu pun dilakoni Andin.
Setelah shalat, lilitas di perut Andin semakin mengehebat. Dirinya tak kuasa lagi, ia benar-benar lumpuh total. Namun tangannya masih sempat mengambil secarik kertas dan pena, menuliskan sesuatu di atasnya. Dan setelah itu,
”Asyhadu alla ilaa ha illallah, wa asyhadu annaa muhammadar rasulullah”
mengalir manis dari kedua bibirnya.

”Rin aku sudah sampai di Polaris.”
Mimpi itu datang lagi, dan semakin membuat gemuruh di hati Rina tak karuan. Firasatnya mengatakan bahwa telah terjadi sesuatu pada Andin. Dengan tergesa-gesa Rina shalat shubuh, lalu menyiapkan peralatan sekolahnya.
”Yah, nanti antarkan aku ke rumah Andin dulu ya?” pinta Rina pagi itu.
”Andin? Teman SDmu itu? Memang rumahnya masih yang dulu?” tanya Ayahnya.
Rina mengangguk. Lalu bergegas menuju halaman untuk menunggu ayahnya siap.

Rumah dengan pagar menjulang itu sepi. Gerbangnya terbuka begitu saja dengn alang-alang di sana-sini.
”Yang ini kan Rin rumahnya? Kok sepi?” tanya Ayahnya.
Tapi tanpa berkata-kata lagi, Rina dengan kruknya bergeas menuju pintu depan. Tanpa pikir panjang, Rina langsung membuka pintu tersebut. Tak dikunci, lalu ia bergegas menuju kamar Andin. Sebuah tubuh tergeletak dengan balutan mukena.
”Andin...Andin, bangun Din.” Rina menggoyang-goyangkan tubuh Andin. Tanpa sengaja Rina melihat secarik kertas dengan sepotong pusisi yang digenggam Andin.

-Ya Rabb,
Turunkanlah kabar gembira bagiku
Di mana bukan hanya Polaris yang menungguku
Namun syurga
Dengan keindahan luar biasa yang mampu
Manjakan mata ini Ya Rabb
Dengan sentuhan cinta di setiap zatnya
Sentuhan cinta-Mu
Ya Rabb,
Ku ingin cinta-Mu
Ku ingin syurga-Mu
Karena kau, Polaris bagiku-

Rina menangis. Sungguh tak kuasa ia mengubah semua keadaan yang ada di hadapannya.
Dan pagi itu sungguh indah. Di mana seorang penanti Polaris telah mendapatkan Polarisnya. Polaris yang begitu setia, dan Dia ada di dekatnya. Dan Dialah, Allah Azza wa Jalla, Sang Pemilik Cinta, telah menurunkan cinta-Nya ke Bumi untuk hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Dan cinta itu sungguh setia, seperti Polaris.
Wanna More.?